Kamis, 13 November 2014

Laporan KKL Botani Tumbuhan TIdak Berpembuluh Batu, Cangar


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
           
            Indonesia merupakan Negara tropis yang memiliki banyak keanekaragaman flora dan fauna lebih dari Negara-negara yang lain. Dengan letak geografisnya yang mendukung, berbagai macam organisme dapat berhabitat di dalamnya kekayaan sumberdaya alam juga mengindikasikan kekayaan hayatinya. Tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah tidak jarang kita temui di tanah air ini. Liken (Lichenes), lumut (Bryophyta) dan jamur (Fungi) merupakan jenis tumbuhan tingkat rendah yang banyak ditemukan di Indonesia. Liken, lumut dan jamur terdiri dari beberapa spesies dan terdiri dari bentuk yang beragam.

            Tumbuhan di dunia ini sangat beragam. Terdapat tumbuhan yang sudah memiliki akar batang dan daun yang sudah dapat dibedakan dengan jelas atau yang disebut Cormophyta , tetapi ada pula yang akar, batang , dan daunnya masih belum dapat dibedakan atau disebut thallophyta. Tumbuhan berkormus meliputi beberapa jenis tumbuhan tingkat tinggi, sedangkan tumbuhan berthallus meliputi alga, lumut dan lumut kerak. Dalam pembahasan ini akan diuraikan tentang lumut, liken dan jamur. Tumbuhan Lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan yang relatif kecil, tubuhnya hanya beberapa milimeter saja, lumut hidup pada tempat-tempat yang lembab, sedangkan lichenes atau lumut kerak sering disebut sebagai tumbuhan perintis. Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan tetapi dapat juga di atas tanah. Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler, selain itu jamur ada yang beracun tetapi ada pula yang memiliki nilai gizi tinggi.
           
            Ketiga organisme tersebut secara umum dapat disebut sebagai organisme bertalus. Di Indonesia potensi akan tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan tersebut dapat di temukan pada beberapa daerah yang memiliki kelembaban yang baik. Habitat dari ketiga jenis organisme tersebut dapat ditemukan dalam satu tempat yang memang memiliki potensi sebagai tempat hidup yang memberikannya nutrisi dan pemenuhan unsur-unsur yang dibutuhkan. Salah satunya adalah di hutan wisata Cangar yang terletak di dusun Cangar, Desa Sumber Brantas, kecamatan Bumiaji, kota Batu, kabupaten Malang.. Identifikasi secara benar sangat berguna untuk mengetahui kelebihan dan kerugian dalam pemanfaatannya pada kehidupan.
           

1.2  Rumusan masalah
            Rumusan masalah dari penelitian kkl ini adalah bagaimana morfologi dan siklus hidup lumut, lichen, jamur ?
     1.3. Tujuan
                        Tujuan dari penelitian kkl ini adalah untuk mengetahui morfologi dan siklus hidup lumut, lichen dan jamur.



















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 FUNGI

Fungi dikenal juga dengan nama jamur, kapang atau cendawan. Golongan ini memiliki tubuh berupa talus, umumnya berbentuk filamen multiseluler, namun ada pula yang uniseluler. Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan maupun yang menguntungkan.
Jamur atau fungi diklasifikasikan terpisah dari tumbuhan oleh Robert H. Whittaker, karena jamur memiliki karakteristik yang berbeda dengan tumbuhan. Karakteristik jamur, antara lain :
1.   Eukariotik(Inti sel sudah memiliki membran inti)
2.   Uniseluler atau multiseluler
3.   Mikroskopis dan makroskopis
4.   Tidak memiliki klorofil, sehingga hidupnya secara heterotrof (saprofit atau parasit)
5.   Dinding sel tersusun dari zat kitin.
6.   Tubuhnya terdiri dari hifa. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa (Pelczar and Reid, 1958). Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium (Sumarjito,2008). Hifa yang membentuk stuktur reproduksi disebut spora (Lay,1994). Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Fungi yang mengahsilkan tubuh buah seperti hal pertumbuhan lumut. (Subandi. 2010. Mikrobiologi. Bandung: Remaja Rosdakarya).
Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
  1. Heterotrof: untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya.
  2. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
Tumbuhan parasit yang menggantungkan sebagian sumber energi pada tumbuhan inang disebut parasit fakultatif. Tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
  1. Tumbuhan yang sepenuhnya menggantungkan sumber energi pada tumbuhan inang disebut sebagai parasit obligat (parasit sejati). Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru ). Parasit fakultatif masih memiliki organ fotosintetik yang berfungsi secara normal sebagaimana tumbuhan bukan parasit. Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap  oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.
  2.  Habitatnya adalah di tempat yang lembap.
  3. Tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati
  4. Reproduksi: seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).
Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa. Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu.Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti).Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion.  Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.
Terdapat sekitar  30000 spesies basidiomycota yang telah diketahui.  Menurut Campbell (1998 :579), jamur dari divisio basidiomycota memiliki 25000 spesies. Nama dari divisio ini diambil dari bentuk diploid yang terjadi pada siklus hidupnya, yaitu basidium. Basidiomycota hidup sebagai dekomposer pada  kayu atau bagian lain tumbuhan. Kelompok fungi basidiomycota ini sering disebut jamur oleh orang awam karena banyak jenis-jenis yang karpusnya (tubuh buahnya) besar dan dapat dilihat dengan kasat mata. Dalam buku Mikologi dan Dasar Terapan Oleh Indrawati Gandjar dkk. Kelompok tersebut (yang memiliki tubuh buah besar) dipakai istilah cendawan. Banyak di antara cendawan (mushrooms) sudah dimanfaatkan oleh manusai misalnya Agaricus bisporus, Pleurotus flabellatus, dan Falmmulina velutipes, akan teteapi banyak juga yang beracun, bahkan ada racun yang dapat mematikan, misalnya Amanita sp. Dkk. Basidiomycota terdiri dari anggota mikro maupun makro. Basidiomycota yang mikro adalah basidiomycota yang basidiokarpnya kecil dan halus, yang umumnya adalah patogen pada tanaman. Sedangkan basidiomycota yang makro adalah Basidiomycota memiliki tubuh buah (basidiokarp) yang besar sehingga mudah untuk diamati. Bentuk jamur ini ada yag seperti payung, kuping, dan setengah lingkaran. Reproduksi pada jamur ini terjadi secara seksual dan secara aseksual. Reproduksi secara aseksual dengan cara menghasilkan konidia.
Secara filogenik, jamur diklasifikasikan menjadi menjadi beberapa kelas, yaitu:

2.1.1 Oomycotina
Tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-cabang dan mengandung banyak inti. Reproduksi vegetatif, yang hidup di air dengan zoospora yang hidup di
darat dengan sporangium dan konidia. Sedangkan generatif
, bersatunya gamet jantan dan betina membentuk oospora yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru.
Contoh spesies :
a. Saprolegnia sp. : hidup saprofit pada bangkai ikan, serangga darat maupun serangga air.
b. Phytophora infestans: penyebab penyakit busuk pada kentang.

2.1.2 Zygomycota
Zygomycetes memiliki satu ordo Zygomycetales yang merupakan kelompok fungi paling sederhana yang tidak memiliki sel motil dalam daur hidupnya. Kelompok ini mengubah zigot menjadi spora istirahat bernama zigospora sehingga disebut zygomycetes. Tubuh Zygomycota tersusun atas hifa senositik yang tidak bersekat. Sekat hanya ditemukan pada hifa bagian tubuh yang membentuk alat perkembangbiakan. Zygomycota memiliki tiga jenis hifa, yaitu Stolon (hifa yang menjalar di permukaan substrat), Rizoid (hifa yang menembus ke dalam substrat), dan Sporangiospor (hifa yang menjulang ke atas membentuk sporangium).Ciri khas dari jamur jenis ini ada pada cara perkembang biakan kawinnya, yaitu melalui peleburan gamet yang membentuk zigospora.    
Sedangkan, perkembangbiakan tidak kawinnya dengan sporangium. Contoh:
  1. Rhizopus stolonifer, pengurai bagian sisa organik pada tanaman ubi jalar dan dimanfaatkan pada proses pembuatan tempe.
  2. Mucor mucedo, hidup secara saprofit pada roti atau kotoran hewan.

2.1.3 Ascomycota
Tubuh tersusun atas miselium dengan hifa yang bersekat (bersepta). Pada umumnya, hidup di lingkungan berair, bersifat parasit pada tumbuhan dan saprofit pada sampah. Ascomycota memiliki spora yang terdapat pada kantung-kantung penyimpanan yang disebut askus (konidia).Ciri khas pada jamur jenis ascomy adalah pada perkembangbiakan kawin membentuk askospora. Perkembangbiakan tidak kawinnya dilakukan dengan membentuk konidium, tunas dan fragmentasi. Jenis jamur ascomycota ada yang uniseluler, yaitu Saccharomyces cereviceae atau dikenal dengan yeast.
Berdasarkan bentuk askokarp yang dihasilkan, jamur ascomycota terbagi menjadi empat, yaitu:
  1. Kleistotesium, yaitu kelompok jamur ascomycota yang memiliki askokarp berbentuk bulat tertutup (ciri dari kelas Plectomyces). Contoh: jamur dari genus Penicillium dan Aspergillus.
  2. Peritesium, yaitu kelompok jamur yang memiliki askokarp berbentuk botol (ciri dari genus Pyrenomycetes). Contoh: Neurospora, Roselinia arcuata, dan Xylaria tabacina.
  3. Apotesium, yaitu kelompok jamur ascomycota yang askokarpnya berbentuk seperti cawan atau mangkok. Contoh: Peziza aurantia (hidup sebagai saprofit di sampah), Marshella esculenta dan Tuber sp. yang dimanfaatkan sebagai makanan.
  4. Askus te-lanjang, yaitu golongan jamur ascomycota yang tidak memiliki askokarp (tidak membentuk badan buah) dan merupakan ciri dari kelas Protoascomycetes. Contoh: Saccharomyces cereviceae, Candida albicans, dan Tricoderma.
    Contoh jamur jenis ascomycota beserta peranannya, yaitu:
  • Aspergillus oryzae, sebagai pelunak adonan roti.
    • Beberapa jenis Penicillium sp. yang terkenal antara lain P. notatum yang digunakan sebagai produsen antibiotik dan P. camembertii yang digunakan untuk membuat keju biru (Purves dan Sadava, 2003), dan Penicilli chrysogenum sebagai penghasil antibiotik penisilin. Menurut Hoeller (1999) telah mengisolasi 45 isolat Penicillium dari 11 jenis spons, untuk meneliti diversitas, aktivitas biologik, dan metabolit sekunder dari fungi yang diisolasi dari spons ( Indrawati Gandjar, 2006)
    • Aspergillus wentii, yang dimanfaatkan dalam pembuatan kecap.
    • Candida albicans, penyebab penyakit kandidiasis, yaitu penyakit pada selaput lendir mulut vagi-na dan saluran pencernaan.

2.1.4 Basidiomycota
Ciri umum jamur ini adalah hifanya bersekat dikariotik (setiap sel memiliki inti sel yang berpasangan). Bentuk tubuh makroskopis sehingga dapat dilihat langsung, bentuk tubuh buahnya (basidiokarp) yang menyerupai payung dan terdiri atas batang dan tudung. Bagian bawah tudung terdapat lembaran-lembaran bilah sebagai tempat terbentuknya basidium. Perkembangbiakan tidak kawin ditandai dengan pembentukan konidium. Sedangkan, fase perkembangbiakan kawinnya dengan pembelahan basidiospora yang terbentuk pada basidium yang berbentuk ganda. Sebagian besar jamur jenis ini dimanfaatkan sebagai makanan karena mengandung nilai gizi yang tinggi.
Contoh:
  • Jamur merang (VoIvarieIIa volvaceae), hidup pada lingkungan dengan kelembapan tinggi dan dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
  • Jamur kuping (Auricularia polytricha), tubuh berwarna cokelat kehitaman, hidup sebagai saprofit pada kayu lapuk, dan umumnya digunakan sebagai campuran sup.
  • Jamur shitake, hidup pada batang kayu dan banyak dibudidayakan di Jepang dan Cina sebagai bahan makanan.
  • Puccinia graminis, merupakan parasit pada rumput.
  • Ganoderma applanatum, penyebab kerusakan pada kayu.



2.1.5 Deuteromycota
Deuteromycetes terdiri dari sekitar 17.000 spesies. Pengelompokannya didasarkan pada tidak diketahiunya atau tidak adanya reproduksi seksual, sehingga dianggap jamur tidak sempurna (Fungi Imperfecti). Fase yang sering ditemukan adalah fase anamorf (fase aseksual) Sering dikenal sebagai fungi imperfecti (jamur yang tak sebenarnya), karena  belum diketahui perkembangbiakannya  secara seksual. Ciri-ciri Deuteromycota:
  • Hifa bersekat, tubuh berukuran mikroskopis
  • Bersifat parasit pada ternak dan ada yang hidup saprofit pada sampah
  • Reproduksi aseksual dengan konidium dan seksual belum diketahui.
  • Banyak yang bersifat merusak atau menyebabkan penyakit pada hewan-hewan ternak, manusia, dan tanaman budidaya

Contoh Deuteromycota
  • Melazasia fur-fur, penyebab panu.
  • Altenaria Sp. hidup pada tanaman kentang.
  • Fusarium, hidup pada tanaman tomat.
  • Trychophyton tonsurans, menimbulkan ketombe di kepala
  • Tinea versicolor, yaitu penyebab penyakit panu pada kulit.
  • Microsporium, yaitu penyebab penyakit pada rambut dan kuku.
  • Epidermophyton fluocosum penyebab penyakit kaki atlit,
  • Microsporum sp., Trichophyton sp. penyebab penyakit kurap. (Adi. 1992: 83).

2.2 LICENES
            Lichenes merupakan bentuk simbiotik antara fungi dan alga, yang sedemikian rupa sehingga secara morfologi dan fisiologi menjadi satu kesatuan utuh. Lichenes hidup sebagai kesatuan epifit pada pohon-pohonan, diatas tanah dan bebatuan. Likenes tergolong tumbuhan pionir/vegetasi perintis karena mampu hidup di tempat-tempat yang ekstrim. Lichenes mampu hidup di daerah yang paling keras dan tahan kekurangan air dalam jangka panjang.
            Pada penampang melintang, talus lichenes tampak hifa fungi membalut sel-sel alga, bahkan kadang-kadang memasukkan haustoriumnya ke dalam sel-sel alga. Pada umumnya miselium fungi jauh lebih banyak. Talus lichenes dapat berbentuk kerak (crustose), berbentuk lembaran (leafy) atau seperti semak. Soredia adalah unit reproduksi berupa sel ganggang yang terbungkus dengan hifa jamur. Soredium merupakan  kelompok kecil sel-sel ganggang yg sedang membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi suatu badan yg  dapat terlepas dari induknya.
            Alga yang ikut menyusun tubuh Lichenes  disebut gonidium. Simbiosis kelas alga yaitu dari Clorophyta dan Chyanophyta, sedangkan kelas jamur yaitu dari Basidiomicotyna dan Ascomycotyna. Hubungan simbiosis dari lichenes yaitu fungi memberikan air dan unsur hara pada alga,alga memberikan hasil fotosintesis pada fungi.
Kebanyakan lichenes bereproduksi vegetatif dengan fragmentasi. Pada beberapa spesies, reproduksi melalui perantara soredium. Soredium sering terbentuk pada tempat-tempat tertentu dan mempunyai batas yang jelas. Struktur ini disebut soralium.

Menurut bentuknya lichenes dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1) Krustos (seperti kerak), misalnya Graphis, seperti coret – coret yang panjang di
    
pepohonan.
2)
 Folios( seperti daun), misalnya umbellicaria , parmelia yang tumbuh pada bebatuan.
3) Fruktikos (seperti semak), misalnya Usnea longgisima disebut janggut resi yang dapat
    
mencapai beberapa meter panjangnya. Genus cladonia dapat menutupi daerah yang luas
    
dikutub utara dan kawasan subartik.

            Lichenes diklasifikasikan menurut cendawan yang menyusunnya. Berdasarkan itu lichenes dibedakan dalam dua kelas yaitu:

2.2.1        Ascolichenes
Jika cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan peritesium, misalnya Verrucaria. Jika cendawan penyusunnya tergolong Discomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan apotesium. Daam golongan ini termasuk Usnea (rasuk angin) yang berbentuk semak kecil dan banyak terdapat pada pohon-pohon dalam hutan, lebih-lebih didaerah pegunungan. Sebagai contoh Usnea dasypoga dan Usneabarbata, yang menghasilkan suatu antibiotika asam usnin, yang berguna untuk melawan tubercolosis. Yang berupa lembaran-lembaran seperti kulit yang hidup pada pohonpohon dan batu-batu antara lain Parmelia acetabulum dan Labaria pulmonaria.


2.2.2        Basidiolichenes
Kebanyakan memiliki talus yang berbentuk lembaran-lembaran. Pada tubuh buah terbentuk lapisan himenium yang mengandung basidium, yang sangat menyerupai tubuh buah Hymenomycetales. Contoh Cora pavonia. Karena pada lichenes, pembiakan seksual hanya terbatas pada cendawan saja, maka tmbul pertanyaan apakah sudah semestinya, bahwa lichenes dipisahkan dari fungi dan dijadikan suatu golongan yang berdiri sendiri. Tanpa alga, cendawan itu umumnya tidak lagi dapat hidup dan tidak akan terbentuk lichenes.

2.3   Lumut
      
             Bryophyta adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh di tempat-tempat lembab.Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit diploid dengan gametofit yang haploid. Meskipun sporofit secara morfologi dapat dibedakan dari gametofit (heteromorf),  tetapi sporofit ini tidak pernah merupakan tumbuhan mandiri  yang hidup bebas. Sporofit tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan gametofit, yang berupa tumbuhan mandiri, menyediakan nutrisi bagi sporofit.Pada lumut, gametofitlah yang dominan. Beberapa tumbuhan lumut masih mempunyai  talus, tidak mempunyai akar, batang, dan daun. Bryophyta yang dapat dibedakan batang, dan daunnya, belum mempunyai akar sejati, hanya ada rhizoid (Birsyam, 2004).
                             Dibandingkan dengan alga, jamur dan tumbuhan tingkat tinggi maka lumut merupakan golongan yang kecil.Bryophyta adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh ditempat-tempat lembab.Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit diploid dengan gametofit yang haploid.Meskipun sporofit secara morfologi dapat dibedakan dari gemetofit tetapi sporofit tidak pernah merupakan tumbuhan yang mandiri yang hidup bebas.Sporofit tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan gametofit yang berupa tumbuhan mandiri, menyediakan nutrisi bagi sporofit.Pada lumut, gametofitlah yang dominan (Sophia, 2010).
Ciri-ciri lumut (Bryophyta) yaitu berklorofil, belum memiliki akar, daun dan batang sejati, berspora, sudah membentuk embrio, memiliki gametofit yang dominan dan memiliki alat pembiakan yang multi sel. Sel-sel alat pembiakan tersebut membentuk selubung luar yang steril dan di dalamnya terdapat gamet. Struktur yang demikian penting agar gamet terlindung dan tidak kekeringan.Alat kelamin betina (arkegonium) bentuknya seperti botol dan berisi satu ovum, alat kelamin jantan (anteredium) bentuknya lonjong bertangkai pendek dan menghasilkan banyak spermatozoid (Dhika, 2012).
Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri dari: vaginula, seta, apofisis, kaliptra, kolumela. Sporofit tumbuh pada gametofit menyerupai daun. Gametofit berbentuk seperti daun dan di bagian bawahnya terdapat rizoid yang berfungsi seperti akar. Jika sporofit tidak memproduksi spora, gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk melakukan reproduksi seksual (Yulianto, 1992).
Reproduksi lumut bergantian antara fase seksual dan aseksual melalui pergiliran keturunan atau metagenesis. Reproduksi aseksual dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit. Reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet-gamet dalam gametofit. Ada dua macam gametangium yaitu arkegonium (gametangium betina) bentuknya seperti botol dengan bagian lebar yang disebut perut, yang sempit disebut leher dan anteridium (gametangium jantan) berbentuk bulat seperti gada. Jika anteridium dan arkegonium dalam satu individu tumbuhan lumut disebut berumah satu (monoesis). Jika dalam satu individu hanya terdapat anteridium atau arkegonium saja tumbuhan lumut disebut berumah dua (diesis) (Yulianto, 1992).
Manfaat lumut bagi kehidupan antara lain: Marchantia polymorpha untuk mengobati penyakit hepatitis, Spagnum sebagai pembalut atau pengganti kapass, jika Spagnum ditambahkan ke tanah dapat menyerap air dan menjaga kelembaban tanah (Yulianto, 1992).

Menurut Gembong (1989), berdasarkan habitat lumut ada dua yaitu:
1. Lumut daun (musci): bentuk thallusnya seperti tumbuhan kecil yang mempunyai batang semu tegak dan lembaran daun yang tersusun spiral. Baik batang maupun daun belum memiliki jaringan pengangkut.Pada bagian dasar batang semu terdapat rhizoid yang berupa benang halus dan berfungsi sebagai akar.Pada bagian pucuk terdapat alat pembiakan seksual berupa anteredium dan arkegonium.Contohnya :  Spaghnum yang hidup di rawa dan merupakan komponen pembentuk tanah gambut.
2. Lumut hati (Hepaticae): bentuk thallusnya pipih seperti lembaran daun. Pada permukaan ventral terdapat rhizoid dan pada permukaan dorsal terdapat kuncup.Anteredium memiliki tangkai yang disebut anteridiofor dan tangkai arkegonium disebut arkegoniofor.Lumut hati dapat dipakai sebagai indikator daerah lembab dan basah.
2.      Lumut Tanduk (Anthoceratopsida)
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati. Contohnya Anthocerros sp.
Manfaat lumut bagi kehidupan antara lain: Marchantia polymorpha untuk mengobati penyakit hepatitis, Spagnum sebagai pembalut atau pengganti kapass, jika Spagnum ditambahkan ke tanah dapat menyerap air dan menjaga kelembaban tanah (Yulianto, 1992).



BAB III
METODE PRAKTIKUM

2.1  Waktu dan Tempat
Kuliah kerja lapangan ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal 09 november 2014 pada pukul 09.35 WIB sampai selesai di kawasan Pemandian Air Panas Cangar, Selorejo, Batu, Jawa Timur

2.2  Alat dan Bahan
2.2.1        Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Toples bekas                                                                                          1 buah
2.      Kamera                                                                                                  1 buah
3.      Kantong plastik                                                                                     1 buah

2.2.2        Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Jamur                                                                                                     2 buah
2.      Lumut                                                                                                    3 buah

2.2.3        Cara kerja
Adapun cara kerja dalam penelitian ini adalah:
1. Disediakan alat dan bahan
2. Dicari jamur dan lumut yang akan di amati
3. Dimasukkan kedalam toples dan plastik yang telah disediakan
4. Diamati jamur dan lumut yang didapat






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jamur kuping (Auricularia auricular)
Gambar Pengamatan
Gambar Litelatur
(Ariyani, 2008)

Klasifikasi
Kingdom: Fungi
     Divisi: Basidiomycota
           Kelas: Agaricomycetes
                 Ordo: Auricularites
                       Famili: Auriculariaceae
                             Genus: Auricularia
                                    Spesies: Auricularia auricular

Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan dalam kuliah kerja lapangan di Cangar, Batu, Malang. Praktikan banyak menemukan jamur makroskopis dari divisi basidiomycota, salah satunya adalah jamur kuping (Auricularia auricular). Morfologi dari jamur kuping yang di temukan memiliki tekstur yang kenyal dan berlendir, ukuran panjangnya sekitar 14,8 cm dan lebarnya 13,3 cm. Pada bagian belakang terdapat miselium. Jamur ini berwarna merah kecokelatan di bagian atas atau bagian cap dan berwarna coklat pada bagian bawah. Setiap sisi-sisinya menunjukkan adanya lipatan-lipatan dimana hal ini yang menunjukkan bentuknya yang seperti telinga.

Menurut Sulisetjono (2008), bahwa auricularia auricular   umunya kita kenal sebagai jamur kuping. Jamur ini disebut jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping). Karakteristik jamur ini adalah memiliki tubuh buah yang kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar. Namun pada keadaan kering, tubuh buah jamur ini akan menjadi keras seperti kuping tulang. Bagian tubuh buah dari jamur kuping  berbentuk seperti mangkuk atau kadang dengan cuping seperti kuping dengan memiliki diameter 2-15 cm. tipis berdaging dan kenyal.

Disebutkan pula dalam Campbell (2004), bahwa jamur kuping (auricularia auricular) merupakan salah satu kelompok jelly fungi yang masuk ke dalam kelas basidiomycota dan mempunyai tekstur jelly yang unik. Jamur ini umumnya memiliki miselium yang bersekat dan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu miselium primer ( miselium yang sel-selnya berinti satu. Umumnya berasal dari perkembangan basidiospora) dan miselium sekunder (miselium yang sel penyunsunnya berinti dua , miselium ini merupakan hasil konjugasi dua miselium primer atau persatuan dua basidiospora.

Taman hutan raya R.Suryo ini merupakan tempat yang sesuai bagi semua tumbuhan thallus khususnya cendawan karena merupakan hutan lindung dengan kelembaban dan curah hujan tinggi. Jamur jenis Auricularia ini banyak praktikan temukan melekat pada substratnya, yakni kayu. Tjitrosoepomo (2011) menyatakan bahwa, cendawan bangsa Auriculariales kebanyakan hidup sebagai saprofit pada bagian tumbuh-tumbuhan yang telah mati, ada pula yang parasit pada lumut, bahkan ada yang hidup sebagai parasit pada kutu-kutu. Khusus untuk Auricularia sp. Biasa terdapat pada dahan-dahan yang kering.

Menurut Gunawan (2009), bahwa cara reproduksi vegetatif dari jamur kuping adalah dengan membentuk tunas, dengan konidia, dan fragmentasi miselium. Sedangkan, reproduksi generatif jamur kuping adalah dengan menggunakan alat yang disebut basidium, basidium berkumpul dalam badan yang disebut basidiokarp, yang selanjutnya menghasilkan spora yang disebut basidiospora. Siklus hidup pada jamur kuping yaitu tubuh buah yang sudah tua akan menghasilkan spora yang berbentuk kecil, ringan, dan jumlahnya banyak. Apabila spora tersebut jatuh pada kondisi dan tempat yang sesuai dengan persyaratan hidupnya (misalnya di kayu mati atau bahan yang mengandung selulosa dan dalam kondisi yang lembab) maka spora tersebut akan berkecambah dan membentuk miselium melalui beberapa fase.

Pada fase pertama, miselium primer yang tumbuh akan terus menjadi banyak dan meluas. Selanjutnya akan berkembang menjadi miselium sekunder yang membentuk primordial (penebalan miselium pada bagian permukaan miselium sekunder dengan diameter sekitar 0.1 cm). Dari primordial akan tumbuh dan terbentuk kuncup tubuh buah (pada tingkat awal) yang semakin lama akan semakin membesar (kurang lebih 3-5 hari). Kemudian, dari primordial akan tumbuh tubuh buah jamur yang bentuknya lebar, yang pada saat tua dapat dipanen.

Jamur kuping ini memiliki banyak manfaat kesehatan. Diantaranya untuk mengurangi penyakit panas dalam serta rasa sakit pada kulit akibat luka bakar. Kandungan senyawa yang terdapat dalam lender jamur kuping juga efektif untuk menghambat pertumbuhan karsinoma dan sarchoma (sel kangker) hingga 80-90% serta berfungsi sebagai zat anti koagulan (mencegah dan menghambat proses penggumpalan darah) selain itu juga untuk mengatasi penyakit darah tinggi, anemia, wasir (ambeien) dam memperlancar buang air besar (Sumami:2006). Selain itu tubuh buah jamur kuping juga dapat dimakan, biasanya dalam sayur (kimlo).

4.2 Lumut Hati (Marchantia polymorpha )
Gambar pengamatan
Gambar literatur
        
     

(aidaisyam. 2010)

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
      Divisi : Bryophyta
             Kelas : Hepaticopsida
                   Bangsa : Marchantiales
                            Suku : Marcchantiaceae
                                      Marga : Marchantia
                                                Jenis :  Marchantia polymorpha
           
Marchantia polymorpha atau yang biasa dikenal dengan nama lokal sebagai lumut hati merupakan salah satu spesies lumut yang ditemukan pada kuliah kerja lapangan yang berlokasi di taman hutan raya (TAHURA) R. Soeryo atau umumnya dikenal sebagai cangar. Cangar yang merupakan hutan lindung dengan kelembaban dan curah hujan tinggi merupakan habitat yang sangat sesuai bagi pertumbuhan semua spesies yang berasal dari divisi Bryophyta karena sebagian besar siklus hidup lumut bergantung pada air, bahkan ada yang menyebutnya sebagai tumbuhan yang bersifat amfibious.

Marchantia polymorpha yang ditemukan memiliki bentuk luar atau morfologi talus berwarna hijau tua, pertumbuhan menyerupai roset akar dengan bentuk talus hampir menyerupai daun dengan tepi bergelombang, terkadang lekukan pada gelombang terlalu dalam sehingga terlihat seperti sekat dan beberapa tampak terbagi menjadi menjadi dua seperti hati karena itulah dinamai sebagai lumut hati. Ditemukan kuncup (gemma) pada permukaan talus berupa tonjolan-tonjolan kecil dengan cekungan yang agak dalam di tengahnya. Selain itu juga terdapat anteidium dan arkegonium yang merupakan alat kelamin jantan dan betina, anteridium memiliki bentuk yang lebih datar dibandingkan dengan arkegonium dengan tepi bergelombang, bentuk dari arkegonium yaitu seperti payung yang terkadang terbelah-belah. Hasil penukuran pada talus Marchantia polymorpha didapatkan panjang talus 8 cm dan lebar 4,4 cm.       
           
Kimball (1983: 881-882) menyebutkan bahwa sekitar 23.000 spesies lumut dan lumut hati telah diidentifikasi. Mereka merupakan tumbuhan kecil, agak sederhana yang biasanya tumbuh di tempat-tempat basah. Sebagian besar dari lumut hati mempunyai tubuh tipis seperti kulit, yang tunbuh menipis rata di atas medium penunjangnya – air tenang atau tanah basah. Reproduksi seksual pada lumut hanya dapat terjadi jika sel-sel sperma dapat berenang atau terpercik dari tumbuhan yang menghasilkan ketumbuhan yang mengandung telur. Tiadanya sistem pengangkutan air khusus dan perlunya air bebas untuk reproduksi seksual merupakan dua alasan mengapa Bryophyta terbatas pada habitat, srtidak-tidaknya secara berkala, yang airnya melimpah.
           
Lumut hati dijelaskan oleh (Tjitrosoepomo, 2011: 188) sebagai lumut yang mempunyai susunan talus yang agak rumit.talus seperti pipa, 2 cm lebarnya, agak tebal, berdaging, bercabang-cabang menggarpu, dan mempunyai suatu rusuk tengah yang yang tidak begitu menonjol. Pada sisi bawah talus terdapat selapis sel-sel menyerupai daun yang dinamakan sisik-sisik ventral. Selain itu pada sisi bawah talus terdapat rhizoid-rhizoid, yang bersifat fototrop negatif dan dinding selnya mempunyai penebalan ke dalam yang bentuknya seperti sekat-sekat yang tidak sempurna.
           
Seperti yang telah dijelaskan diatas tadi bahwa lumut hati memiliki arkegonium dan anteridium yang berfungsi sebagai organ reproduksi seksual. Dalam (Campbell, 2008: 169), gametangium betina disebut arkegonium (archegonium, jamak archegonia). Setiap arkegonium merupakan organ berbentuk pir yang menghasilkan sel telur nonmotil tunggal yang tetap berada di dalam bagian organ yang menggembung. Gametangium jantan, disebut anteridium (antheridium, jamak antheridia), menghasilkan sperma yang dilepaskan ke lingkungan. Pada banyak kelompok tumbuhan darat masa kini, sperma memiliki flagela yang dapat berenang ke telur melalui tetesan air atau lapisan air. Setiap telur difertilisasi di dalam arkegonium, tempat zigot berkembang menjadi embrio.




4.3 Lichenes (Pertusaria pseudodactylina)
Gambar pengamatan
Gambar literatur
        



                     




















(Edi.2012)


Klasifikasi
Kingdom : Fungi
      Divisi : Ascomycota
             Kelas : Lecanoromycetes
                   Bangsa : Pertusariales
                            Suku : Pertusariaceae
                                      Marga : Pertusaria
                                                Jenis :  Pertusaria pseudodactylina

            Pertusaria pseudodactylina merupakan spesies jamur yang kedua yang ditemukan pada kuliah kerja lapangan di Cangar. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa Pertusaria pseudodactylina memiliki ciri atau morfologi berupa askokarp berbentuk bola berwarna putih yang saling berhimpitan, tidak teratur dan langsung menempel pada substrat, sehingga nampak menyerupai lichene dari golongan crustose.
            Pertusaria pseudodactylina termasuk dalam kelas ascomycota. Dimana kelas ascomycota memiliki bentuk tubuh berupa askokarp yang berfungsi sebagai organ reproduksi khususnya dalam terletaknya spora. Bentuk bola pada tubuh buah askokarp dinamakan kleistotesium. Menurut Subandi (2010), Kleistotesium, yaitu kelompok jamur ascomycota yang memiliki askokarp berbentuk bulat tertutup (ciri dari kelas Plectomyces). Disebutkan pula bahwa tubuh ascomycota tersusun atas miselium dengan hifa yang bersekat (bersepta).
Pada umumnya, hidup di lingkungan berair, bersifat parasit pada tumbuhan dan saprofit pada sampah. Ascomycota memiliki spora yang terdapat pada kantung-kantung penyimpanan yang disebut askus (konidia).Ciri khas pada jamur jenis ascomycota adalah pada perkembangbiakan kawin membentuk askospora. Perkembangbiakan tidak kawinnya dilakukan dengan membentuk konidium, tunas dan fragmentasi..















BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan KKL Taksonomi Tumbuhan Rendah ke-2 yang bertempat di Wahana wisata Pemandian Air Panas Cangar dan Kawasan Hutan Lindung Cangar Kota Wisata Batu, Malang, Jawa Timur dapat ditarik kesimpulan bahwa :
-          Lumut
Lumut yang ditemukan merupakan spesies Marchantia polymorpha morfologi talus berwarna hijau tua, pertumbuhan menyerupai roset akar dengan bentuk talus hampir menyerupai daun dengan tepi bergelombang, terkadang lekukan pada gelombang terlalu dalam sehingga terlihat seperti sekat dan beberapa tampak terbagi menjadi menjadi dua seperti hati karena itulah dinamai sebagai lumut hati.

-          Jamur
Dari hasil KKL yang dilakukan di  hutan lindung Cangar didapati jamur kuping (Auricularia auricula). Morfologi dari jamur kuping yang di temukan memiliki tekstur yang kenyal dan berlendir, ukuran panjangnya sekitar 14,8 cm dan lebarnya 13,3 cm. reproduksi vegetatif dari jamur kuping adalah dengan membentuk tunas, dengan konidia, dan fragmentasi miselium. Sedangkan, reproduksi generatif jamur kuping adalah dengan menggunakan alat yang disebut basidium, basidium berkumpul dalam badan yang disebut basidiokarp, yang selanjutnya menghasilkan spora yang disebut basidiospora.
Pertusaria pseudodactylina memiliki ciri atau morfologi berupa askokarp berbentuk bola berwarna putih yang saling berhimpitan, tidak teratur dan langsung menempel pada substrat, sehingga nampak menyerupai lichene dari golongan crustose. Perkembangbiakan kawin membentuk askospora, perkembangbiakan tidak kawinnya dilakukan dengan membentuk konidium, tunas dan fragmentasi..






DAFTAR PUSTAKA
Adi, Suroso, Yudianto. 1992 Pengantar Cryptogamae. Bandung: Tarsito
Campbell, Neil A dan Reece, Jane B. 2004. Biologi Jilid 2 . Jakarta: Erlangga
Gunawan AW, Agustina TW. 2009. Biologi Dan Bioteknologi Cendawan Dalam Praktik.
            Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.
Subandi. 2010. Mikrobiologi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sulisetjono. 2008. Jamur. Malang: Jurusan Biologi UIN Malang
Sumami, Sri. 2006. Budidaya Jamur. Jakarta: Media Pustaka
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press