BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Indonesia merupakan Negara tropis
yang memiliki banyak keanekaragaman flora dan fauna lebih dari Negara-negara
yang lain. Dengan letak geografisnya yang mendukung, berbagai macam organisme
dapat berhabitat di dalamnya kekayaan sumberdaya alam juga mengindikasikan
kekayaan hayatinya. Tumbuhan
tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah tidak
jarang kita temui di tanah air ini.
Liken (Lichenes),
lumut (Bryophyta)
dan jamur (Fungi) merupakan jenis tumbuhan tingkat rendah yang
banyak ditemukan di Indonesia.
Liken, lumut dan jamur terdiri dari beberapa spesies dan terdiri dari bentuk
yang beragam.
Tumbuhan di dunia ini sangat beragam. Terdapat tumbuhan yang sudah
memiliki akar batang dan daun yang sudah dapat dibedakan dengan jelas atau yang
disebut Cormophyta , tetapi ada pula yang akar, batang , dan daunnya masih
belum dapat dibedakan atau disebut thallophyta. Tumbuhan berkormus meliputi
beberapa jenis tumbuhan tingkat tinggi, sedangkan tumbuhan berthallus meliputi
alga, lumut dan lumut kerak. Dalam pembahasan ini akan diuraikan tentang lumut,
liken dan jamur. Tumbuhan
Lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan yang relatif kecil, tubuhnya hanya
beberapa milimeter saja, lumut hidup pada
tempat-tempat yang lembab, sedangkan lichenes atau lumut kerak sering disebut sebagai tumbuhan
perintis. Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan tetapi dapat juga di
atas tanah. Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof.
Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler, selain itu jamur ada yang beracun tetapi ada pula yang memiliki nilai
gizi tinggi.
Ketiga organisme tersebut secara umum dapat disebut sebagai organisme
bertalus. Di Indonesia potensi akan tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan tersebut
dapat di temukan pada beberapa daerah yang memiliki kelembaban yang baik.
Habitat dari ketiga jenis organisme tersebut dapat ditemukan dalam satu tempat
yang memang memiliki potensi sebagai tempat hidup yang memberikannya nutrisi
dan pemenuhan unsur-unsur yang dibutuhkan. Salah satunya adalah di hutan wisata
Cangar yang terletak di dusun Cangar, Desa Sumber Brantas, kecamatan Bumiaji, kota Batu, kabupaten Malang.. Identifikasi secara benar sangat berguna untuk
mengetahui kelebihan dan kerugian dalam pemanfaatannya pada kehidupan.
1.2
Rumusan
masalah
Rumusan masalah dari penelitian
kkl ini adalah bagaimana
morfologi dan siklus hidup lumut, lichen, jamur ?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian kkl ini
adalah untuk mengetahui morfologi dan siklus hidup lumut, lichen dan jamur.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 FUNGI
Fungi dikenal juga
dengan nama jamur, kapang atau cendawan. Golongan ini memiliki tubuh berupa
talus, umumnya berbentuk filamen multiseluler, namun ada pula yang uniseluler.
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof
yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul
nutrisi ke dalam sel-selnya. Peranan jamur dalam
kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan maupun yang
menguntungkan.
Jamur atau fungi diklasifikasikan terpisah
dari tumbuhan oleh Robert H. Whittaker, karena jamur memiliki karakteristik
yang berbeda dengan tumbuhan. Karakteristik jamur, antara lain :
1. Eukariotik(Inti
sel
sudah memiliki membran inti)
2. Uniseluler
atau multiseluler
3. Mikroskopis
dan makroskopis
4. Tidak memiliki klorofil, sehingga hidupnya
secara heterotrof (saprofit atau parasit)
5. Dinding
sel tersusun dari zat kitin.
6. Tubuhnya
terdiri dari hifa. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari
dinding berbentuk pipa (Pelczar and Reid, 1958). Hifa membentuk jaringan
yang disebut miselium (Sumarjito,2008). Hifa yang membentuk stuktur reproduksi
disebut spora (Lay,1994). Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh
buah. Fungi yang mengahsilkan tubuh buah seperti hal pertumbuhan lumut.
(Subandi. 2010. Mikrobiologi. Bandung: Remaja Rosdakarya).
Dinding ini menyelubungi
membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel
eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Hifa
pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi
haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat
menembus jaringan substrat.
- Heterotrof: untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya.
- Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
Tumbuhan parasit
yang menggantungkan sebagian sumber energi pada tumbuhan inang disebut parasit
fakultatif. Tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
- Tumbuhan yang sepenuhnya menggantungkan sumber energi pada tumbuhan inang disebut sebagai parasit obligat (parasit sejati). Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru ). Parasit fakultatif masih memiliki organ fotosintetik yang berfungsi secara normal sebagaimana tumbuhan bukan parasit. Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.
- Habitatnya adalah di tempat yang lembap.
- Tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati
- Reproduksi: seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).
Secara
aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan
ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila
kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah
besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila
mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi
jamur dewasa. Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium
dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya
singami, yaitu persatuan sel dari dua individu.Singami terjadi dalam dua tahap,
tahap pertama adalah plasmogami (peleburan
sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti).Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari
masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium
akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera
melakukan pembelahan meiosis.
Terdapat
sekitar 30000 spesies basidiomycota yang telah diketahui. Menurut
Campbell (1998 :579), jamur dari divisio basidiomycota memiliki 25000 spesies.
Nama dari divisio ini diambil dari bentuk diploid yang terjadi pada siklus
hidupnya, yaitu basidium. Basidiomycota hidup sebagai dekomposer pada
kayu atau bagian lain tumbuhan. Kelompok fungi basidiomycota ini sering disebut
jamur oleh orang awam karena banyak jenis-jenis yang karpusnya (tubuh buahnya)
besar dan dapat dilihat dengan kasat mata. Dalam buku Mikologi dan Dasar Terapan Oleh Indrawati
Gandjar dkk. Kelompok tersebut (yang memiliki tubuh buah besar) dipakai istilah
cendawan. Banyak di antara cendawan (mushrooms) sudah dimanfaatkan oleh manusai
misalnya Agaricus bisporus, Pleurotus flabellatus, dan Falmmulina velutipes,
akan teteapi banyak juga yang beracun, bahkan ada racun yang dapat mematikan,
misalnya Amanita sp. Dkk. Basidiomycota terdiri dari anggota mikro maupun
makro. Basidiomycota yang mikro adalah basidiomycota yang basidiokarpnya kecil
dan halus, yang umumnya adalah patogen pada tanaman. Sedangkan basidiomycota
yang makro adalah Basidiomycota memiliki tubuh buah (basidiokarp) yang besar
sehingga mudah untuk diamati. Bentuk jamur ini ada yag seperti payung, kuping,
dan setengah lingkaran. Reproduksi pada jamur ini terjadi secara seksual dan
secara aseksual. Reproduksi secara aseksual dengan cara menghasilkan konidia.
Secara filogenik, jamur diklasifikasikan
menjadi menjadi beberapa kelas, yaitu:
2.1.1 Oomycotina
Tubuhnya terdiri
atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-cabang dan mengandung banyak inti. Reproduksi vegetatif, yang hidup di air
dengan zoospora yang hidup di
darat dengan sporangium dan konidia. Sedangkan generatif, bersatunya gamet jantan dan betina membentuk oospora yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru.
darat dengan sporangium dan konidia. Sedangkan generatif, bersatunya gamet jantan dan betina membentuk oospora yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru.
Contoh spesies :
a. Saprolegnia sp. : hidup saprofit pada
bangkai ikan, serangga darat maupun serangga air.
b. Phytophora infestans: penyebab penyakit busuk pada kentang.
b. Phytophora infestans: penyebab penyakit busuk pada kentang.
2.1.2 Zygomycota
Zygomycetes
memiliki satu ordo Zygomycetales yang merupakan kelompok fungi paling sederhana
yang tidak memiliki sel motil dalam daur hidupnya. Kelompok ini mengubah zigot
menjadi spora istirahat bernama zigospora sehingga disebut zygomycetes. Tubuh
Zygomycota tersusun atas hifa senositik yang tidak bersekat. Sekat hanya
ditemukan pada hifa bagian tubuh yang membentuk alat perkembangbiakan.
Zygomycota memiliki tiga jenis hifa, yaitu Stolon (hifa yang menjalar di
permukaan substrat), Rizoid (hifa yang menembus ke dalam substrat), dan Sporangiospor
(hifa yang menjulang ke atas membentuk sporangium).Ciri khas dari jamur jenis
ini ada pada cara perkembang biakan kawinnya, yaitu melalui peleburan gamet
yang membentuk zigospora.
Sedangkan,
perkembangbiakan tidak kawinnya dengan sporangium. Contoh:
- Rhizopus stolonifer, pengurai bagian sisa organik pada tanaman ubi jalar dan dimanfaatkan pada proses pembuatan tempe.
- Mucor mucedo, hidup secara saprofit pada roti atau kotoran hewan.
2.1.3 Ascomycota
Tubuh tersusun
atas miselium dengan hifa yang bersekat (bersepta). Pada umumnya, hidup di lingkungan berair, bersifat parasit pada tumbuhan dan
saprofit pada sampah. Ascomycota memiliki spora yang terdapat pada
kantung-kantung penyimpanan yang disebut askus (konidia).Ciri khas pada jamur
jenis ascomy adalah pada perkembangbiakan kawin membentuk askospora.
Perkembangbiakan tidak kawinnya dilakukan dengan membentuk konidium, tunas dan
fragmentasi. Jenis jamur ascomycota ada yang uniseluler, yaitu Saccharomyces
cereviceae atau dikenal dengan yeast.
Berdasarkan bentuk
askokarp yang dihasilkan, jamur ascomycota terbagi menjadi empat, yaitu:
- Kleistotesium, yaitu kelompok jamur ascomycota yang memiliki askokarp berbentuk bulat tertutup (ciri dari kelas Plectomyces). Contoh: jamur dari genus Penicillium dan Aspergillus.
- Peritesium, yaitu kelompok jamur yang memiliki askokarp berbentuk botol (ciri dari genus Pyrenomycetes). Contoh: Neurospora, Roselinia arcuata, dan Xylaria tabacina.
- Apotesium, yaitu kelompok jamur ascomycota yang askokarpnya berbentuk seperti cawan atau mangkok. Contoh: Peziza aurantia (hidup sebagai saprofit di sampah), Marshella esculenta dan Tuber sp. yang dimanfaatkan sebagai makanan.
- Askus
te-lanjang, yaitu golongan jamur ascomycota yang tidak memiliki askokarp
(tidak membentuk badan buah) dan merupakan ciri dari kelas
Protoascomycetes. Contoh: Saccharomyces cereviceae, Candida
albicans, dan Tricoderma.
Contoh jamur jenis ascomycota beserta peranannya, yaitu:
- Aspergillus oryzae, sebagai pelunak adonan roti.
- Beberapa jenis Penicillium sp. yang terkenal antara lain P. notatum yang digunakan sebagai produsen antibiotik dan P. camembertii yang digunakan untuk membuat keju biru (Purves dan Sadava, 2003), dan Penicilli chrysogenum sebagai penghasil antibiotik penisilin. Menurut Hoeller (1999) telah mengisolasi 45 isolat Penicillium dari 11 jenis spons, untuk meneliti diversitas, aktivitas biologik, dan metabolit sekunder dari fungi yang diisolasi dari spons ( Indrawati Gandjar, 2006)
- Aspergillus wentii, yang dimanfaatkan dalam pembuatan kecap.
- Candida albicans, penyebab penyakit kandidiasis, yaitu penyakit pada selaput lendir mulut vagi-na dan saluran pencernaan.
2.1.4 Basidiomycota
Ciri umum jamur
ini adalah hifanya bersekat dikariotik (setiap sel memiliki inti sel yang
berpasangan). Bentuk tubuh makroskopis sehingga dapat dilihat langsung, bentuk
tubuh buahnya (basidiokarp) yang menyerupai payung dan terdiri atas batang dan
tudung. Bagian bawah tudung terdapat lembaran-lembaran
bilah sebagai tempat terbentuknya basidium. Perkembangbiakan tidak kawin
ditandai dengan pembentukan konidium. Sedangkan, fase perkembangbiakan kawinnya
dengan pembelahan basidiospora yang terbentuk pada basidium yang berbentuk
ganda. Sebagian besar jamur jenis ini dimanfaatkan sebagai makanan karena
mengandung nilai gizi yang tinggi.
Contoh:
- Jamur merang (VoIvarieIIa volvaceae), hidup pada lingkungan dengan kelembapan tinggi dan dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
- Jamur kuping (Auricularia polytricha), tubuh berwarna cokelat kehitaman, hidup sebagai saprofit pada kayu lapuk, dan umumnya digunakan sebagai campuran sup.
- Jamur shitake, hidup pada batang kayu dan banyak dibudidayakan di Jepang dan Cina sebagai bahan makanan.
- Puccinia graminis, merupakan parasit pada rumput.
- Ganoderma applanatum, penyebab kerusakan pada kayu.
2.1.5 Deuteromycota
Deuteromycetes
terdiri dari sekitar 17.000 spesies. Pengelompokannya didasarkan pada tidak
diketahiunya atau tidak adanya reproduksi seksual, sehingga dianggap jamur
tidak sempurna (Fungi Imperfecti). Fase yang sering ditemukan adalah fase
anamorf (fase aseksual) Sering dikenal sebagai fungi imperfecti
(jamur yang tak sebenarnya), karena belum diketahui
perkembangbiakannya secara seksual. Ciri-ciri Deuteromycota:
- Hifa bersekat, tubuh berukuran mikroskopis
- Bersifat parasit pada ternak dan ada yang hidup saprofit pada sampah
- Reproduksi aseksual dengan konidium dan seksual belum diketahui.
- Banyak yang bersifat merusak atau menyebabkan penyakit pada hewan-hewan ternak, manusia, dan tanaman budidaya
Contoh Deuteromycota
- Melazasia fur-fur, penyebab panu.
- Altenaria Sp. hidup pada tanaman kentang.
- Fusarium, hidup pada tanaman tomat.
- Trychophyton tonsurans, menimbulkan ketombe di kepala
- Tinea versicolor, yaitu penyebab penyakit panu pada kulit.
- Microsporium, yaitu penyebab penyakit pada rambut dan kuku.
- Epidermophyton fluocosum penyebab penyakit kaki atlit,
- Microsporum sp., Trichophyton sp. penyebab penyakit kurap. (Adi. 1992: 83).
2.2
LICENES
Lichenes merupakan bentuk simbiotik antara fungi
dan alga, yang sedemikian rupa sehingga secara morfologi dan fisiologi menjadi
satu kesatuan utuh. Lichenes
hidup sebagai kesatuan epifit pada pohon-pohonan, diatas tanah dan bebatuan.
Likenes tergolong tumbuhan pionir/vegetasi perintis karena mampu hidup di
tempat-tempat yang ekstrim. Lichenes mampu hidup di daerah yang paling keras
dan tahan kekurangan air dalam jangka panjang.
Pada
penampang melintang, talus lichenes tampak hifa fungi membalut sel-sel alga,
bahkan kadang-kadang memasukkan haustoriumnya ke dalam sel-sel alga. Pada
umumnya miselium fungi jauh lebih banyak. Talus lichenes dapat berbentuk kerak
(crustose), berbentuk lembaran (leafy) atau seperti semak. Soredia adalah unit reproduksi berupa sel ganggang yang
terbungkus dengan hifa jamur. Soredium merupakan kelompok kecil sel-sel ganggang yg sedang
membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi suatu badan yg
dapat terlepas dari induknya.
Alga
yang ikut menyusun tubuh Lichenes disebut gonidium. Simbiosis kelas alga
yaitu dari Clorophyta dan Chyanophyta, sedangkan kelas jamur yaitu dari
Basidiomicotyna dan Ascomycotyna. Hubungan simbiosis dari lichenes yaitu fungi
memberikan air dan unsur hara pada alga,alga memberikan hasil fotosintesis pada
fungi.
Kebanyakan lichenes bereproduksi vegetatif
dengan fragmentasi. Pada beberapa spesies,
reproduksi melalui perantara soredium. Soredium sering terbentuk pada
tempat-tempat tertentu dan mempunyai batas yang jelas. Struktur ini disebut
soralium.
Menurut bentuknya
lichenes dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1) Krustos (seperti
kerak), misalnya Graphis, seperti coret – coret yang panjang di
pepohonan.
2) Folios( seperti daun), misalnya umbellicaria , parmelia yang tumbuh pada bebatuan.
pepohonan.
2) Folios( seperti daun), misalnya umbellicaria , parmelia yang tumbuh pada bebatuan.
3) Fruktikos (seperti semak),
misalnya Usnea longgisima disebut janggut resi yang dapat
mencapai beberapa meter panjangnya. Genus cladonia dapat menutupi daerah yang luas
dikutub utara dan kawasan subartik.
mencapai beberapa meter panjangnya. Genus cladonia dapat menutupi daerah yang luas
dikutub utara dan kawasan subartik.
Lichenes
diklasifikasikan menurut cendawan yang menyusunnya. Berdasarkan itu lichenes
dibedakan dalam dua kelas yaitu:
2.2.1
Ascolichenes
Jika cendawan
penyusunnya tergolong Pyrenomycetales,
maka tubuh buah yang dihasilkan peritesium, misalnya Verrucaria. Jika cendawan penyusunnya tergolong Discomycetales, maka tubuh buah yang
dihasilkan apotesium. Daam golongan ini termasuk Usnea (rasuk angin) yang berbentuk semak kecil dan banyak terdapat
pada pohon-pohon dalam hutan, lebih-lebih didaerah pegunungan. Sebagai contoh Usnea dasypoga dan
Usneabarbata, yang menghasilkan suatu
antibiotika asam usnin, yang berguna
untuk melawan tubercolosis. Yang berupa lembaran-lembaran seperti
kulit yang hidup pada pohonpohon dan batu-batu antara lain Parmelia acetabulum dan Labaria
pulmonaria.
2.2.2
Basidiolichenes
Kebanyakan
memiliki talus yang berbentuk lembaran-lembaran. Pada tubuh buah terbentuk
lapisan himenium yang mengandung basidium, yang sangat menyerupai tubuh buah Hymenomycetales. Contoh Cora pavonia. Karena pada lichenes,
pembiakan seksual hanya terbatas pada cendawan saja, maka tmbul pertanyaan
apakah sudah semestinya, bahwa lichenes dipisahkan dari fungi dan dijadikan
suatu golongan yang berdiri sendiri. Tanpa alga, cendawan itu umumnya tidak
lagi dapat hidup dan tidak akan terbentuk lichenes.
2.3
Lumut
Bryophyta
adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh di tempat-tempat lembab.Tumbuhan
lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit diploid dengan gametofit yang
haploid. Meskipun sporofit secara morfologi dapat dibedakan dari gametofit (heteromorf),
tetapi sporofit ini tidak pernah merupakan tumbuhan mandiri yang hidup
bebas. Sporofit tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan gametofit, yang berupa
tumbuhan mandiri, menyediakan nutrisi bagi sporofit.Pada lumut, gametofitlah
yang dominan. Beberapa tumbuhan lumut masih mempunyai talus, tidak
mempunyai akar, batang, dan daun. Bryophyta yang dapat dibedakan batang, dan
daunnya, belum mempunyai akar sejati, hanya ada rhizoid (Birsyam, 2004).
Dibandingkan dengan alga, jamur dan
tumbuhan tingkat tinggi maka lumut merupakan golongan yang kecil.Bryophyta
adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh ditempat-tempat lembab.Tumbuhan
lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit diploid dengan gametofit yang
haploid.Meskipun sporofit secara morfologi dapat dibedakan dari gemetofit
tetapi sporofit tidak pernah merupakan tumbuhan yang mandiri yang hidup
bebas.Sporofit tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan gametofit yang berupa
tumbuhan mandiri, menyediakan nutrisi bagi sporofit.Pada lumut, gametofitlah
yang dominan (Sophia, 2010).
Ciri-ciri lumut
(Bryophyta) yaitu berklorofil, belum memiliki akar, daun dan batang sejati,
berspora, sudah membentuk embrio, memiliki gametofit yang dominan dan memiliki
alat pembiakan yang multi sel. Sel-sel alat pembiakan tersebut membentuk
selubung luar yang steril dan di dalamnya terdapat gamet. Struktur yang
demikian penting agar gamet terlindung dan tidak kekeringan.Alat kelamin betina
(arkegonium) bentuknya seperti botol dan berisi satu ovum, alat kelamin jantan
(anteredium) bentuknya lonjong bertangkai pendek dan menghasilkan banyak
spermatozoid (Dhika, 2012).
Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri dari: vaginula,
seta, apofisis, kaliptra, kolumela. Sporofit tumbuh pada gametofit menyerupai
daun. Gametofit berbentuk seperti daun dan di bagian bawahnya terdapat rizoid
yang berfungsi seperti akar. Jika sporofit tidak memproduksi spora, gametofit
akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk melakukan reproduksi seksual
(Yulianto, 1992).
Reproduksi lumut bergantian antara fase seksual dan
aseksual melalui pergiliran keturunan atau metagenesis. Reproduksi aseksual
dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit. Reproduksi seksualnya dengan
membentuk gamet-gamet dalam gametofit. Ada dua macam gametangium yaitu
arkegonium (gametangium betina) bentuknya seperti botol dengan bagian lebar
yang disebut perut, yang sempit disebut leher dan anteridium (gametangium
jantan) berbentuk bulat seperti gada. Jika anteridium dan arkegonium dalam satu
individu tumbuhan lumut disebut berumah satu (monoesis). Jika dalam satu
individu hanya terdapat anteridium atau arkegonium saja tumbuhan lumut disebut
berumah dua (diesis) (Yulianto, 1992).
Manfaat
lumut bagi kehidupan antara lain: Marchantia polymorpha untuk mengobati penyakit
hepatitis, Spagnum sebagai pembalut atau pengganti kapass, jika Spagnum
ditambahkan ke tanah dapat menyerap air dan menjaga kelembaban tanah (Yulianto,
1992).
Menurut Gembong (1989), berdasarkan habitat lumut ada dua
yaitu:
1.
Lumut daun (musci): bentuk thallusnya seperti tumbuhan kecil yang mempunyai
batang semu tegak dan lembaran daun yang tersusun spiral. Baik batang maupun
daun belum memiliki jaringan pengangkut.Pada bagian dasar batang semu terdapat
rhizoid yang berupa benang halus dan berfungsi sebagai akar.Pada bagian pucuk
terdapat alat pembiakan seksual berupa anteredium dan arkegonium.Contohnya
: Spaghnum yang hidup di rawa dan merupakan komponen pembentuk tanah
gambut.
2.
Lumut hati (Hepaticae): bentuk thallusnya pipih seperti lembaran daun. Pada
permukaan ventral terdapat rhizoid dan pada permukaan dorsal terdapat
kuncup.Anteredium memiliki tangkai yang disebut anteridiofor dan tangkai
arkegonium disebut arkegoniofor.Lumut hati dapat dipakai sebagai indikator
daerah lembab dan basah.
2. Lumut
Tanduk (Anthoceratopsida)
Bentuk tubuhnya seperti lumut
hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut
tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau
sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati. Contohnya Anthocerros sp.
Manfaat
lumut bagi kehidupan antara lain: Marchantia polymorpha untuk mengobati
penyakit hepatitis, Spagnum sebagai pembalut atau pengganti kapass, jika
Spagnum ditambahkan ke tanah dapat menyerap air dan menjaga kelembaban tanah
(Yulianto, 1992).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan
Tempat
Kuliah kerja
lapangan ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal 09 november 2014 pada pukul
09.35 WIB sampai selesai di kawasan Pemandian Air Panas Cangar, Selorejo, Batu,
Jawa Timur
2.2 Alat dan
Bahan
2.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Toples bekas 1 buah
2. Kamera 1 buah
3. Kantong
plastik 1 buah
2.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Jamur 2 buah
2. Lumut 3 buah
2.2.3 Cara kerja
Adapun cara kerja dalam penelitian ini adalah:
1. Disediakan alat dan bahan
2. Dicari jamur dan lumut yang akan di amati
3. Dimasukkan kedalam toples dan plastik yang telah
disediakan
4. Diamati jamur dan lumut yang didapat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Jamur kuping (Auricularia auricular)
Gambar Pengamatan
|
Gambar Litelatur
|
(Ariyani, 2008)
|
Klasifikasi
Kingdom: Fungi
Divisi: Basidiomycota
Kelas: Agaricomycetes
Ordo: Auricularites
Famili: Auriculariaceae
Genus: Auricularia
Spesies: Auricularia auricular
Berdasarkan pengamatan yang telah di
lakukan dalam kuliah kerja lapangan di Cangar, Batu, Malang. Praktikan banyak
menemukan jamur makroskopis dari divisi basidiomycota, salah satunya adalah
jamur kuping (Auricularia auricular). Morfologi dari jamur kuping yang
di temukan memiliki tekstur yang kenyal dan berlendir, ukuran panjangnya
sekitar 14,8 cm dan lebarnya 13,3 cm. Pada bagian belakang terdapat miselium.
Jamur ini berwarna merah kecokelatan di bagian atas atau bagian cap dan
berwarna coklat pada bagian bawah. Setiap sisi-sisinya menunjukkan adanya
lipatan-lipatan dimana hal ini yang menunjukkan bentuknya yang seperti telinga.
Menurut Sulisetjono (2008), bahwa auricularia
auricular umunya kita kenal sebagai jamur kuping. Jamur ini
disebut jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga
manusia (kuping). Karakteristik jamur ini adalah memiliki tubuh buah yang
kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar. Namun pada keadaan kering,
tubuh buah jamur ini akan menjadi keras seperti kuping tulang. Bagian tubuh
buah dari jamur kuping berbentuk seperti mangkuk atau kadang dengan
cuping seperti kuping dengan memiliki diameter 2-15 cm. tipis berdaging dan
kenyal.
Disebutkan pula dalam Campbell
(2004), bahwa jamur kuping (auricularia auricular) merupakan salah satu
kelompok jelly fungi yang masuk ke dalam kelas basidiomycota dan mempunyai
tekstur jelly yang unik. Jamur ini umumnya memiliki miselium yang bersekat dan
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu miselium primer ( miselium yang
sel-selnya berinti satu. Umumnya berasal dari perkembangan basidiospora) dan miselium
sekunder (miselium yang sel penyunsunnya berinti dua , miselium ini merupakan
hasil konjugasi dua miselium primer atau persatuan dua basidiospora.
Taman hutan raya R.Suryo ini
merupakan tempat yang sesuai bagi semua tumbuhan thallus khususnya cendawan
karena merupakan hutan lindung dengan
kelembaban dan curah hujan tinggi. Jamur jenis Auricularia ini banyak
praktikan temukan melekat pada substratnya, yakni kayu. Tjitrosoepomo (2011)
menyatakan bahwa, cendawan bangsa Auriculariales kebanyakan hidup sebagai
saprofit pada bagian tumbuh-tumbuhan yang telah mati, ada pula yang parasit
pada lumut, bahkan ada yang hidup sebagai parasit pada kutu-kutu. Khusus untuk
Auricularia sp. Biasa terdapat pada dahan-dahan yang kering.
Menurut Gunawan (2009), bahwa cara
reproduksi vegetatif dari jamur kuping adalah dengan membentuk tunas, dengan
konidia, dan fragmentasi miselium. Sedangkan, reproduksi generatif jamur kuping
adalah dengan menggunakan alat yang disebut basidium, basidium berkumpul dalam
badan yang disebut basidiokarp, yang selanjutnya menghasilkan spora yang
disebut basidiospora. Siklus hidup pada jamur kuping yaitu tubuh buah yang
sudah tua akan menghasilkan spora yang berbentuk kecil, ringan, dan jumlahnya
banyak. Apabila spora tersebut jatuh pada kondisi dan tempat yang sesuai dengan
persyaratan hidupnya (misalnya di kayu mati atau bahan yang mengandung selulosa
dan dalam kondisi yang lembab) maka spora tersebut akan berkecambah dan
membentuk miselium melalui beberapa fase.
Pada fase pertama, miselium primer
yang tumbuh akan terus menjadi banyak dan meluas. Selanjutnya akan berkembang
menjadi miselium sekunder yang membentuk primordial (penebalan miselium pada
bagian permukaan miselium sekunder dengan diameter sekitar 0.1 cm). Dari
primordial akan tumbuh dan terbentuk kuncup tubuh buah (pada tingkat awal) yang
semakin lama akan semakin membesar (kurang lebih 3-5 hari). Kemudian, dari
primordial akan tumbuh tubuh buah jamur yang bentuknya lebar, yang pada saat
tua dapat dipanen.
Jamur kuping ini memiliki banyak
manfaat kesehatan. Diantaranya untuk mengurangi penyakit panas dalam serta rasa
sakit pada kulit akibat luka bakar. Kandungan senyawa yang terdapat dalam
lender jamur kuping juga efektif untuk menghambat pertumbuhan karsinoma dan
sarchoma (sel kangker) hingga 80-90% serta berfungsi sebagai zat anti koagulan
(mencegah dan menghambat proses penggumpalan darah) selain itu juga untuk
mengatasi penyakit darah tinggi, anemia, wasir (ambeien) dam memperlancar buang
air besar (Sumami:2006). Selain itu tubuh buah jamur kuping juga dapat dimakan,
biasanya dalam sayur (kimlo).
4.2
Lumut Hati (Marchantia polymorpha )
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
(aidaisyam. 2010)
|
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Hepaticopsida
Bangsa : Marchantiales
Suku
: Marcchantiaceae
Marga : Marchantia
Jenis
: Marchantia polymorpha
Marchantia polymorpha atau yang biasa dikenal dengan nama lokal sebagai lumut hati merupakan
salah satu spesies lumut yang ditemukan pada kuliah kerja lapangan yang
berlokasi di taman hutan raya (TAHURA) R. Soeryo atau umumnya dikenal sebagai
cangar. Cangar yang merupakan hutan lindung dengan kelembaban dan curah hujan
tinggi merupakan habitat yang sangat sesuai bagi pertumbuhan semua spesies yang
berasal dari divisi Bryophyta karena sebagian besar siklus hidup lumut
bergantung pada air, bahkan ada yang menyebutnya sebagai tumbuhan yang bersifat
amfibious.
Marchantia polymorpha yang ditemukan memiliki bentuk luar atau morfologi talus berwarna hijau
tua, pertumbuhan menyerupai roset akar dengan bentuk talus hampir menyerupai
daun dengan tepi bergelombang, terkadang lekukan pada gelombang terlalu dalam
sehingga terlihat seperti sekat dan beberapa tampak terbagi menjadi menjadi dua
seperti hati karena itulah dinamai sebagai lumut hati. Ditemukan kuncup (gemma)
pada permukaan talus berupa tonjolan-tonjolan kecil dengan cekungan yang agak
dalam di tengahnya. Selain itu juga terdapat anteidium dan arkegonium yang
merupakan alat kelamin jantan dan betina, anteridium memiliki bentuk yang lebih
datar dibandingkan dengan arkegonium dengan tepi bergelombang, bentuk dari
arkegonium yaitu seperti payung yang terkadang terbelah-belah. Hasil penukuran
pada talus Marchantia polymorpha didapatkan panjang talus 8 cm dan lebar
4,4 cm.
Kimball
(1983: 881-882) menyebutkan bahwa sekitar 23.000 spesies lumut dan lumut hati
telah diidentifikasi. Mereka merupakan tumbuhan kecil, agak sederhana yang
biasanya tumbuh di tempat-tempat basah. Sebagian besar dari lumut hati
mempunyai tubuh tipis seperti kulit, yang tunbuh menipis rata di atas medium
penunjangnya – air tenang atau tanah basah. Reproduksi seksual pada lumut hanya
dapat terjadi jika sel-sel sperma dapat berenang atau terpercik dari tumbuhan
yang menghasilkan ketumbuhan yang mengandung telur. Tiadanya sistem pengangkutan
air khusus dan perlunya air bebas untuk reproduksi seksual merupakan dua alasan
mengapa Bryophyta terbatas pada habitat, srtidak-tidaknya secara berkala, yang
airnya melimpah.
Lumut hati
dijelaskan oleh (Tjitrosoepomo, 2011: 188) sebagai lumut yang mempunyai susunan
talus yang agak rumit.talus seperti pipa, 2 cm lebarnya, agak tebal, berdaging,
bercabang-cabang menggarpu, dan mempunyai suatu rusuk tengah yang yang tidak
begitu menonjol. Pada sisi bawah talus terdapat selapis sel-sel menyerupai daun
yang dinamakan sisik-sisik ventral. Selain itu pada sisi bawah talus
terdapat rhizoid-rhizoid, yang bersifat fototrop negatif dan dinding selnya
mempunyai penebalan ke dalam yang bentuknya seperti sekat-sekat yang tidak
sempurna.
Seperti
yang telah dijelaskan diatas tadi bahwa lumut hati memiliki arkegonium dan
anteridium yang berfungsi sebagai organ reproduksi seksual. Dalam (Campbell,
2008: 169), gametangium betina disebut arkegonium (archegonium, jamak archegonia). Setiap arkegonium
merupakan organ berbentuk pir yang menghasilkan sel telur nonmotil tunggal yang
tetap berada di dalam bagian organ yang menggembung. Gametangium jantan,
disebut anteridium (antheridium, jamak
antheridia), menghasilkan sperma yang dilepaskan ke lingkungan. Pada banyak
kelompok tumbuhan darat masa kini, sperma memiliki flagela yang dapat berenang
ke telur melalui tetesan air atau lapisan air. Setiap telur difertilisasi di
dalam arkegonium, tempat zigot berkembang menjadi embrio.
4.3 Lichenes
(Pertusaria pseudodactylina)
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
(Edi.2012)
|
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Lecanoromycetes
Bangsa : Pertusariales
Suku : Pertusariaceae
Marga : Pertusaria
Jenis : Pertusaria pseudodactylina
Pertusaria pseudodactylina merupakan spesies jamur
yang kedua yang ditemukan pada kuliah kerja lapangan di Cangar. Berdasarkan
hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa Pertusaria pseudodactylina memiliki
ciri atau morfologi berupa askokarp berbentuk bola berwarna putih yang saling berhimpitan,
tidak teratur dan langsung menempel pada substrat, sehingga nampak menyerupai
lichene dari golongan crustose.
Pertusaria pseudodactylina termasuk dalam kelas
ascomycota. Dimana kelas ascomycota memiliki bentuk tubuh berupa askokarp yang berfungsi
sebagai organ reproduksi khususnya dalam terletaknya spora. Bentuk bola pada
tubuh buah askokarp dinamakan kleistotesium. Menurut Subandi (2010), Kleistotesium, yaitu kelompok jamur ascomycota yang memiliki askokarp berbentuk bulat
tertutup (ciri dari kelas Plectomyces). Disebutkan pula bahwa tubuh ascomycota tersusun atas miselium dengan hifa yang bersekat
(bersepta).
Pada umumnya, hidup di lingkungan
berair, bersifat parasit pada tumbuhan dan saprofit pada sampah. Ascomycota
memiliki spora yang terdapat pada kantung-kantung penyimpanan yang disebut
askus (konidia).Ciri khas pada jamur jenis ascomycota adalah pada perkembangbiakan kawin membentuk askospora.
Perkembangbiakan tidak kawinnya dilakukan dengan membentuk konidium, tunas dan
fragmentasi..
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengamatan KKL Taksonomi Tumbuhan Rendah ke-2 yang bertempat di Wahana wisata
Pemandian Air Panas Cangar dan Kawasan Hutan Lindung Cangar Kota Wisata Batu,
Malang, Jawa Timur dapat ditarik kesimpulan bahwa :
-
Lumut
Lumut yang ditemukan merupakan spesies Marchantia polymorpha morfologi talus berwarna hijau tua, pertumbuhan menyerupai roset akar dengan
bentuk talus hampir menyerupai daun dengan tepi bergelombang, terkadang lekukan
pada gelombang terlalu dalam sehingga terlihat seperti sekat dan beberapa
tampak terbagi menjadi menjadi dua seperti hati karena itulah dinamai sebagai
lumut hati.
-
Jamur
Dari hasil KKL yang dilakukan di
hutan lindung Cangar didapati jamur kuping (Auricularia auricula). Morfologi dari jamur kuping yang di temukan
memiliki tekstur yang kenyal dan berlendir, ukuran panjangnya sekitar 14,8 cm
dan lebarnya 13,3 cm. reproduksi vegetatif dari jamur kuping adalah dengan
membentuk tunas, dengan konidia, dan fragmentasi miselium. Sedangkan,
reproduksi generatif jamur kuping adalah dengan menggunakan alat yang disebut
basidium, basidium berkumpul dalam badan yang disebut basidiokarp, yang
selanjutnya menghasilkan spora yang disebut basidiospora.
Pertusaria pseudodactylina memiliki
ciri atau morfologi berupa askokarp berbentuk bola berwarna putih yang saling
berhimpitan, tidak teratur dan langsung menempel pada substrat, sehingga nampak
menyerupai lichene dari golongan crustose. Perkembangbiakan kawin membentuk askospora,
perkembangbiakan tidak kawinnya
dilakukan dengan membentuk konidium, tunas dan fragmentasi..
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Suroso,
Yudianto. 1992 Pengantar Cryptogamae. Bandung: Tarsito
Campbell, Neil A dan Reece, Jane B. 2004. Biologi Jilid 2 . Jakarta: Erlangga
Gunawan AW,
Agustina TW. 2009. Biologi Dan
Bioteknologi Cendawan Dalam Praktik.
Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.
Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.
Subandi. 2010. Mikrobiologi. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sulisetjono.
2008. Jamur. Malang: Jurusan Biologi UIN Malang
Sumami, Sri.
2006. Budidaya Jamur. Jakarta: Media Pustaka
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press