BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan adalah
organisme yang dicirikan dengan adanya dinding sel, pigmen fotosintetik dan sifat
autotrofik serta immobil. Secara garis besar, tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan
tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi. Pembagian ini tidak mengacu secara spesifik
kepada struktur tubuh dari tumbuhan tersebut, tetapi lebih mengacu pada perkembangbiakannya.
Dalam tumbuhan tingkat rendah, kita mengenal kelompok Thallophyta atau tumbuhan
bertalus yang mencakup Algae (ganggang). Algae merupakan tumbuhan akuatik yang
menghuni habitat air.
Indonesia merupakan Negara kepulauan
yang dipisahkan oleh laut antara pulau yang satu dengan pulau yang lainnya.
Laut Indonesia terkenalakan keindahan dan kekayaan isinya. Laut Indonesia
terlihat indah dengan biotanya yang beranekaragam, keanekaragaman itu dapat diamati
baik berupa flora maupun fauna dan salah satu keanekaragaman floranya adalah
alga. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an surat Thaha ayat53 :
الَّذِي جَعَلَ
لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا وَأَنزَلَ مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّن نَّبَاتٍ شَتَّىٰ
Artinya :
“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu
di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami
tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang
bermacam-macam”.
Ayat ini menjelaskan bahwa
Allah menciptakan bermacam – macam tumbuhan, termasuk halnya dalam keanekaragaman
bentuk alga. Sistem pengklasifikasian
Algae ini didasarkan pada jenis pigmen warna yang dikandungnya, sehingga kita
dapat mengenal istilah Chlorophyta (ganggang hijau), Rhodophyta (ganggang merah),
Phaeophyta (ganggang coklat)
Pantai Kondang Merak merupakan tempat
yang ideal untuk pertumbuhan makroalga sebab perairannya yang masuk daerah pasang
surut sampai daerah subtidal, subtratnya berupa batu karang, pasir serta intensitas
cahaya yang cukup. Menurut Hayati (2009) Pantai Kondang merak merupakan pantai
yang sebagian besar masyarakatnya membudidayakan makroalga sebagai sumber penghasilan.
Oleh karena itu, praktikan melakukan kegiatan kuliah
kerja lapangan (KKL) di pantai Kondang merak Malang karena kondisi pantainya
yang masih sangat alami dan jauh dari keramaian, sehingga dimungkinkan ditemukannya
berbagai macam jenis alga di pantai ini.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Botani Tumbuhan Tak Berpembuluh,
maka penulis membuat laporan yang membahas tentang algae khususnya divisi Phaeophyta, spesies Padina sp. dan
…
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Mempelajari organisasi thallus,
morfologi, dan siklus hidup/reproduksi alga di Pantai Kondang Merak, Malang
Selatan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Phaeophyceae
adalah ganggang yang berwarna pirang. Dalam kromatofornya terkandung
klorofil a, karotin dan santofil, terutama fikosantin yang menutupi warna
lainnya dan menyebabkan ganggang itu kelihatan berwarna pirang Sebagai hasil asimilasi dan
sebagai zat makanan cadangan tidak pernah ditemukan zat tepung, tetapi sampai
50% dari berat keringnya terdiri atas laminarain,sejenis karbohidrat yang
menyerupai dekstrin dan lebih dekat dengan selulosa daripada dengan tepung. Selain laminarin juga ditemukan
manit, minyak dan zat-zat lain. Dinding selnya yang sebelah dalam yang terdiri atas
selulosa, suatu zat yang menyerupai glatin, yaitu garam Ca dari asam alginat
yang pada laminaria berupa lampiran 20-60% dari berat keringnya. Sel-selnya hanya
mempunyai satu inti (Tjitrosoepomo,2005:73).
Pada Phaeophyceae tingkat perkembangan yang dapat bergerak berupa zoospore dan gamet, mempunyai dua buah bulu cambuk yang
heterokon dan terdapat dibagian samping badannya yang berbentuk buah per atau sekoci.
Pada waktu bergerak bulu cambuk yang panjang yang mempunyai rambut-rambut mengkilap menghadap kemuka
dan yang pendek menghadap kemuka dan yang pendek menghadap kebelakang. Dekat dengan keluarnya bulu cambuk terdapat
bintik mata berwarna pirang kemerah-merahan, dan dalam bagian zoospore yang
lebar itu terdapat satu (jarang sekali lebih) kromatofor berwarna pirang
(Tjitrosoepomo.2005:73)
Warna coklat pada
ganggang coklat disebabkan karena adanya pigmen xantofil. Ciri-ciri lain dari
ganggang ini adalah thallus yang multiseluler berbentuk filamen, lembaran atau
menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama yang hidup
di daerah beriklim dingin. Sel vegetatif mengandung kloroplas berbentuk bulat
panjang, seperti pita, mengandung khlorofil a dan klorofil c serta
xantofil. Ganggang ini hidup di air dan tanah yang lembab atau basah di
lngkungan agak dingin sampai sedang sehingga menyebabkan ganggang coklat
merupakan yang terbesar diantara semua jenis ganggang. Sebagian besar Phaeophyceae
merupakan unsur utama yang menyusun vegetasi alga di lautan Arktik dan Antartika,
tetapi beberapa marga sepeti Dictyota, Sargassum, dan Turbinaria merupakan alga
yang khas untuk lautan daerah tropis. (Gunawan.2013: 3).
Alga atau ganggang
coklat ini umumnya tinggal di laut, hanya ada beberapa jenis saja yang hidup di
air tawar yang agak dingin dan sedang, terdampar dipantai, melekat di bebatuan dengan
alat pelekat (semacam akar). Bila dilaut iklimnya sedang dan dingin, talusnya
dapat mencapai ukuran yang besar dan sangat berbeda bentuknya. Ada yang hidup sebagai epifit pada talus
lain. Tapi juga ada yang hidup sebagai endofit. Di daerah subtropis, alga
coklat hidup di daerah intertidal, yaitu daerah literal sampai sublitoral. Di
daerah tropis, alga coklat biasanya hidup di kedalaman 220 meter pada air ang
jernih (Gaudensia, 2013: 5).
Anggota filum ini
terdiri dari 1500 spesies. Gulma batuan, yang membentuk hamparan padat di
batuan yang terbuka terhadap pasang yang berganti-ganti dan kelpmerupakan
anggota filum yang besar dan dan tersebar luas. Pada organisme ini ada
spesialisasi bagian-bagian, dan banyak mempunyai daur hidup yang lebih rumit.
Kelp raksasa sepanjang pantai pasifik tumbuh panjang 30 meter. Walaupun
ukurannya besar, organisme bentuk-bentuk ini masih sangat sederhana
dibandingkan dengan tumbuhan sejati (Kimball. 1983:870).
Ganggang ini
termasuk bentos, melekat pada batu-batu, kayu, sering juga epifit pada talus
lain ganggang., bahkan ada yang hidup sebagai endofit. Kelas Phaeophycese
dibagi menjadi empat bangsa.
Bangsa Phaeophorales
Bangsa ini merupakan sebagian besar ganggang pirang. Kebanyakan mempunyai
perawakan seperti Cladophora, tetapi ada pula yang mempunyai talus yang
lebih tinggi tingkatannya. Pembiakan terjadi secara :
- Aseksual dengan zoospora, yang terjadi karena adanya pembelahan reduksi. Dalam sporangium yang berbentuk gelembung dan mula-mula hanya mempunyai satu inti saja, kemudian terjadi pembelahan inti dari kromatofor sampai beberapa kali. Dari zoospora itu tumbuh gametofit haploid dengan gamatangium yang berwarna berkotak-kotak.
Gambar
2.1 Zoospora ganggang
pirang
a. Zoospora Chorda filum
b. Idem dari Ectocarpus globife
c. Zoospora yang telah menarik ke dalam flagelnya.
a. Zoospora Chorda filum
b. Idem dari Ectocarpus globife
c. Zoospora yang telah menarik ke dalam flagelnya.
b. Seksual dengan
isogami. Gametangium bersel banyak. Pada tiap pembelahan inti terjadi
suatu sekat, sehingga terjadi suatu gametangium yang berkotak-kotak. Tiap-tiap
kotak mengeluarkan suatu isogamet. Kopulasi isogamet menghasilkan suatu zigot,
yang tanpa mengalami waktu istirahat dan tanpa pembelahan reduksi tanpa
mengeluarkan sel kembara, langsung berkecambah menjadi tumbuhan diploid, yang
mempunyai sporangium beruang satu saja. Jadi pada golongan ini terdapat suau
pergiliran keturunan.
Kejadian-kejadian yang menyimpang dari yang
diuraikan di atas, banyak pula yang kita jumpai, misalnya pada Ectocarpus
siliculosus. Gametofit dan
sporofitnya mempunyai habitus yang sama. Ada pula yang sporofitnya hanya pada
permulaan perkembangannya saja menyerupai gametofitnya, tetapi kemudian merupakan
tumbuhan yang lebih besar serta berlainan bentuknya, dan dari segi anatomi
mempunyai tingkatan yang lebih tinggi. Jadi keturunan yang semula isomorflalu
menjadi heteromorf (Tjitrosoepomo. 2005:75).
Perkecualian terdapat pada Cutleria
yang gametofitnya lebih besar dari sporofit. Gametofit mempunyai talus yang
tegak, bercabang-cabang menggarpu, berbentuk pita, sedang sporofit mempunyai
talus yang pipih dan kecil seperti cakram, tipis, tepinya berlekuk-lekuk dan
dinamakan Aglaozonia. Pada Ectocarpus dan Pleurocladia terdapat jenis-jenis yang hidup sebagai epifit pada
lain ganggang, tetapi sporofit dan gametofit mempunyai inang yang merupakan
tumbuhan dari lain marga.
Phaeosporales antara lain mencakup (Tjitrosoepomo. 2005:75):
- Suku Ectocarpaceae. Contoh ; Ectocarpus siliculosus, Pleurocladia lacustris
- Suku Cutleriaceae. Contoh ; Cutleria multifida, Heterochordia abietina.
Bangsa Laminaris
Warga-warga
Laminariales yang paling sederhana tingkat
perkembangannya mempunyai habitus yang memperlihatkan adanya hunbungan kekerabatan
dengan Phaeophorales. Warga-warga
yang lebih tinggi organisasinya mempunyai sporofit dengan diferensiasi morfologi
dan anatomi yang lebih tinggi serta mempunyai ukuran yang besar.
Dalam
bangsa ini termasuk suku Laminariaceae, yang antara lain meliputi
- Macrocystis pyrifera, hidup di daerah kutub selatan, talusnya mencapai panjang 60 m dengan berat sampai 100 kg. Mempunyai cabang-cabang talus berbentuk lembaran yang bergantungan, talus dapat terapung-apung pada permukaan air laut.
- Lessonia sp. Mempunyai talus yang bentuknya seperti pohon palma.
- Laminaria clustoni, pangkal talus setebal lengan dan umurnya tahunan, bagian atas menyerupai daunatau mempunyai lembaran-lembaran menjari yang setiap tahun diperbarui. Menjelang berakhirnya musim dingin terjadi pertumbuhan di bagian tengah pada pangkal lembaran-lembaran tadi dan ternetuklah lembaran-lembaran baru.
Pada Laminaria
terdapat pergiliran keturunan yang beraturan. Sporofit yang besar dan bersifat
diploid beganti dengan gametofit jantan dan betina yang telah memperlihatkan
perbedaan bentuk dan susunan, jadi memperlihatkan tanda-tanda kelamin sekunder
yang jelas. Gametofit itu berasal dari zoospora, pada ujungnya terdapat
anteridium yang hanya terdiri atas satu sel, masing-masing mengeluarkan dua
spermatozoid yang mempunyai dua bulu cambuk. Zigot hasil perkawinan tumbuh
menjadi sporofit. Pada permukaan
sporofit terdapat sel-sel mandul berbentuk buluh (parafisis). Masing sporangium
menghasilkan banyak zoospora dengan dua bulu cambuk.
Nerecystis leutkeana, talus mempunyai bagian seperti
batang yang panjangnya 70 m dan pada ujungnya trdapat gelembung pengapung
berbentuk lembaran.
Gambar
2.2 Daur kehidupan dan
skema pergiliran keturunan Cutleria
multifida
Gambar 2.3Macrocystispyrifera
Gambar 2.4 Daur kehidupan dan skema pergiliran keturunan Laminaria cloustoni
Bangsa Dictyotales
Pada ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk.
Sporangium beruang satu dan mengeluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dengan
oogami. Anteredium yang berkotak-kotak dan oogonium terdapat pada tumbuhan yang
berlainan dan tersusun secara berkelompok. Gamet jantan mempunyai satu bulu
cambuk yang terdapat pada sisinya. Mungkin sebenarnya ada 2 bulu cambuk, tetapi
kedua demikian pendeknya, hingga sampai sekarang diabaikan. Sporofit dan
gametofit bergiliran dan beraturan, dan keduanya mempuynyai talus berbentuk
pita yang bercabang-cabang menggarpu, misalnya Dictyota dichotoma yang tersebar
di lautan Eropa.Sporofit dan gametofit isomorf (Tjitrosoepommo.2005:79). .
Gambar 2.4 Daur kehidupan Dictyota dichotoma
Bangsa Dictyotales terdiri atas satu suku saja, yaitu
Dictyotaceae, yang meliputi beberapa jenis, antara lain (Tjitrosoepomo.2005:78)
:
- Dictyotaceae dichotoma
- Dictyopteris polypoides
- Padina pavonia
Padina sp atau ganggang pirang merupakan ganggang pirang.
Dalam kromatofornya terkandung klorofil a, xantofil dan karoten tetapi terutama
fikosianin yang menutupi warna lainnya. Talus berbentuk pita dengan
cabang-cabang menggarpu. Mempunyai alat pereka yang disebut rhizoid. Habitatnya
dilaut dan pada talusnya terdapat garis-garis konsentris. Terdiri dari sel yang
berbentuk menyerupai kipas dengan bagian tepi menggulung terdapat rambut halus
yang tersusun konsentris sebagai tempat gametangia dan sporangia (Gaudensia.
2013:4).
Gambar 2.4
Padina sp
Bangsa
Fucales
Bersama-sama
dengan Laminariales ganggang ini merupakan penyusun utama vegetasi lautan di
daerah dingin. Pembiakan generative dengan oogami, pembiakan vegetative tidak ada.
Fucales hanya terdiri atas satu suku yaitu Fucaceae, meliputi antara lain Fucussrratus. Fucus yang sudah berumur beberapa tahun mempunyai talus yang
berbentuk pita yang ditengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk tengah, kaku
seperti kulit, bercabang-cabang menggarpu dan melekat pada batu dengan suatu
alat perekat berbentuk cakram.
Ujung cabang-cabang talus ini agak membesar dan mempunyai
lekukan-lekukan yang disebit konseptakel. Didalamnya terdapat benang-benang mandul (parafisis),
oogonium, anteridium. Tiap anteridium menghasilkan 64 spermatozoid. Oogonium
berupa suatu badan yang duduk di atas tangkai terdiri atas satu sel saja, dan
mengandung 8 sel telur.
Selain Fucus serratus dalam suku ini termasuk pula Fucus
vsiculosus, Sargassum vulgare, Turbinaria decurrens. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa Phaeopyceae bersifat heterotrik. Phaeopyceae mempunyai
perkembangan yang setingkat dengan Chlorophyceae. Melihat adanya rambut-rambut
mengkilat pada salah satu bulu cambuknya yang heterokon itu, rupanya ada
hubungan kekerabatan dengan Chrysomonadales dan Heterochloridales.
Pembelahan reduksi pada umumnya terjadi pada pembentukan
spora. Gametofit dan sporofit dapat bersifat isomorf, dapat juga heteromorf.
Beberapa jenis Phaeophyceae menghasilkan yodium. Ada pula yang mempunyai
khasiat obat, misalnya Laminaria cloustoni dan Fucus vesiculosus.
Pemanfaatan Ganggang Coklat (Phaeophyta)
Adapun peranan ganggang coklat dalam kehidupan
yaitu:
- Ganggang coklat dapat dimanfaatkan dalam industri makanan
- Phaeophyta sebagai sumber alginat banyak dimanfaatkan dalam dunia industri tekstil untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan industri, kalsium alginat digunakan dalam pembuatan obat-obatan senyawa alginat juga banyak digunakan dalam produk susu dan makanan yang dibekukan untuk mencegah pembentukan kristal es. Dalam industri farmasi, alginat digunakan sebagai bahan pembuat biomaterial untuk teknik pengobatan.
- Dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung bahan-bahan mineral seprti potasium dan hormon seperti auxin dan sylokinin yang berguna untuk meningkatkan daya tumbuh tanaman berbunga dan berbuah.
- Macrocytis Pyrifers menghasilkan iodine (unsur yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit gondok).
- Laminaria, Fucus, Ascophylum dapat menghasilkan asam alginat. Alginat biasanya digunakan sebagai pengental pada produk makanan (sirup, salad, keju, eskrim) serta pengentalan dalam industri (lem, tekstil, kertas, tablet antibiotik, pasta gigi) dan pengentalan produk kecantikan (lotion, krim wajah).
- Macrocytis juga dibuat sebagai makanan suplemen untuk hewan ternak karena kaya komponen Na, P, N, Ca.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu
KKL mata
kuliah Botani Tumbuhan Tidak Berpembuluh tentang “Markoalga” ini dilaksanakan pada
hari sabtu-minggu, tanggal 11-12 Oktober 2014.
3.2
Tempat
KKL
ini dilaksanakan di pantai kondang merak, Malang Selatan, JawaTimur.
3.3
Cara Kerja
Pengamatan alga dilakukan 2 kali
pada sore hari (sabtu) dan pagi hari (minggu) dan cara kerjanya, yaitu:
3.3.1
Sore hari (sabtu)
1. Disiapkan alat-alat yang
diperlukan
2. Ditunggu surutnya pantai
3. Diamati semua jenis alga yang
terdapat di pantai kondang merak
4. Didokumentasikan dan diukur jenis
alga yang ditemukan
5. Diidentifikasi jenis alga yang
ditemukan
3.3.2
Pagi hari (Minggu)
1. Disiapkan alat-alat dan bahan
(alga) yang diperlukan
2. Di kelompokkan alga untuk masing-masing
divisi (@kelompok 2 divisi)
3. Diambil dua spesies untuk diamati
4. Diukur dengan penggaris
5. Difoto dengan camera digital
6. Diidentifikasi dan dicatat pada kertas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Padina sp.
4.1.1
Gambar Padina sp.
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
Keterangan
:
1. Ukuran - panjang = 6,4 cm
-
lebar = 4 cm
2. blade
dan stipe belum dapat dibedakan
3. melekat
pada substrat menggunakan holdfast berbentuk cakram
4. struktur
organisasi talus parenkimatis multiseluler
4.1.2
klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Phaeophyta
Classis : Phaeophyceae
Ordo
:Dictyotales
Family
:Dictyotaceae
Genus
:Padina
Spesies
: Padina sp.
4.1.3
Pembahasan
Pengamatan pada berbagai alga makro selalu
diikuti dengan pengukuran talus spesies. Seperti pada spesies Padina sp.
yang telah ditemukan, dilakukan pengukuran pada satu sampel sepsis dengan hasil
panjang talus yakni 6,4 cm, sedangkan lebar talus yakni 4 cm. Berwarna coklat kekuning-kunigan,
karena itulah alga ini digolongkan dalam divisi Phaeophyta (alga cokelat).
Tubuhnya menyerupai kipas dan jika diperhatikan, pada talusnya akan terlihat garis-garis
yang juga merupakan cirri khas dari Padina sp.
Menurut (Gaudensia. 2013:4), Padina sp atau ganggang pirang merupakan ganggang pirang. Dalam
kromatofornya terkandung klorofil a, xantofil dan karoten tetapi terutama
fikosianin yang menutupi warna lainnya. Talus berbentuk pita dengan
cabang-cabang menggarpu. Mempunyai alat perekat yang disebut rhizoid.
Habitatnya di laut dan pada talusnya terdapat garis-garis konsentris. Terdiri
dari sel yang berbentuk menyerupai kipas dengan bagian tepi menggulung terdapat
rambut halus yang tersusun konsentris sebagai tempat gametangia dan sporangia.
Siklus hidup Padina sp mempunyai bulu cambuk dan sporangium beruang
satu dan transparan, biasanya berkembangbiak secara aseksual dengan oogonium.
Satuoogonium merupakan satu sel telur dan gamet jantan mempunyai satu bulu
cambuk yang terdapat pada sisinya. Fase hidup yang dilalui Padina adalah fase
gametofit dan sporofit yang bergilir dan beraturan.
Menurut Tjitrosoepomo(2011), Siklus hidup Padina sp. mengikuti siklus
hidup dari ordonya, yakni Dictyotales. Pada ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium beruang
satu dan mengeluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dengan oogami. Anteredium
yang berkotak-kotak dan oogonium terdapat pada tumbuhan yang berlainan dan
tersusun secara berkelompok. Gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang
terdapat pada sisinya. Mungkin sebenarnya ada 2 ulu cambuk, tetapi kedua
demikian pendeknya, hingga sampai sekarang diabaikan. Sporofit dan gametofit
bergiliran dan beraturan, dan keduanya mempuynyai talus berbentuk pita yang
bercabang-cabang menggarpu, misalnya Dictyota dichotoma yang tersebar di lautan
Eropa.Sporofit dan gametofit isomorf.
4.2
Spatoglossum latum
4.2.1
Gambar Spatoglossum latum
gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
Keterangan :
1.
ukuran - panjang = 8,5 cm
-
lebar = 2,5 cm
2.
blade dan stipe belum bisa
dibedakan dengan jelas
3.
stuktur organisasi talus
parenkimatis multiseluler
4.2.2 Klasifikasi
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Dictyotales
Familia :
Dictyotaceae
Genus
: Spatoglossum
Spesies
: Spatoglossum latum
4.2.3 Pembahasan
Spatoglossum latum merupakan salah satu spesies
dari divisi Phaeophyta yakni alga makro yang memiliki pigmen warna
cokelat karena mengandung klorofil a dan c, selain itu juga mengandung pigmen
xantofil dan karoten. Ketika berada di dalam perairan, warna talus berwarna
coklat cerah. Namun saat diangkat dari air, warna talus berubah menjadi warna
hijau gelap Ukuran dari Spatoglossum latum yang diamati yaitu panjangnya
8,5 cm sedangkan lebarnya 2,5 cm. Alga ini memiliki percabangan dikotom, atau
jika diperhatikan bentuk blade hampir menyerupai tanduk rusa. Warna talus bagian atas terlihat lebih pucat dari bagian tengah dan bagian pangkal. Pada permukaan blade terdapat tonjolan-tonjolan berwarna
coklat cerah, namun tidak semua permukaan blade pada Spatoglossum latum memiliki tonjolan-tonjolan
berwarna coklat cerah tersebut. Alga ini menempel pada substrat yaitu pada
karang dan batuan yang ada dilaut.
Bagian tubuh
dari Spatoglossum latum meliputi holdfast yang berbentuk seperti akar
serabut yang berfungsi untuk melekat pada substrat yang umumnya batuan atau
karang. Blade dan stipe belum bisa dibedakan karena ukuran dan bentuknya sama,
selain itu warna juga sama sehingga sangat sulit membedakan stipe dan bladenya.
Siklus hidup Spatoglossum latum. mengikuti siklus hidup dari
ordonya, yakni Dictyotales. Pada
ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium beruang satu dan
mengeluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dengan oogami. Anteredium yang
berkotak-kotak dan oogonium terdapat pada tumbuhan yang berlainan dan tersusun
secara berkelompok. Gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada
sisinya. Mungkin sebenarnya ada 2 ulu cambuk, tetapi kedua demikian pendeknya,
hingga sampai sekarang diabaikan. Sporofit dan gametofit bergiliran dan
beraturan, dan keduanya mempuynyai talus berbentuk pita yang bercabang-cabang
menggarpu, misalnya Dictyota dichotoma yang tersebar di lautan Eropa.Sporofit
dan gametofit isomorf (Tjitrosoepommo.2005:79).
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan KKL yang telah di lakukan di Kondang
merak telah diidentifikasi 2 spesies dari divisi Phaeophyta yaitu Padinasp
dan Spatoglossum latum
1.
Padinasp
-
Organisasi
talus: parenkimatis multiselular
-
Morfologi:
·
Blade dan stipe
belum dapat di bedakan
·
Melekat pada
subtract menggunakan holdfast berbentuk cakram
·
Berwarna kecoklatan
dengan garis melingkar yang memusat dan semakin
memudar pada saat mendekati holdfastnya
memudar pada saat mendekati holdfastnya
·
Berbentuk lembaran
dan tipis
·
Ukuran Panjang:
6,4 cm, lebar: 4 cm
- Siklus
hidup: Padina sp
mempunyai bulu cambuk dan sporangium beruang satu dan transparan, biasanya
berkembangbiak secara aseksual dengan oogonium. Satuoogonium merupakan satu sel
telur dan gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya.
Fase hidup yang dilalui Padina adalah fase gametofit dan sporofit yang bergilir
dan beraturan.
2.
Spatoglossum latum
- Organisasi talus parenkimatis multiseluler
- Morfologi :
·
ukuran - panjang = 8,5 cm
·
lebar = 2,5 cm
·
blade dan stipe belum bisa
dibedakan dengan jelas
- Siklus hidupnya bereproduksi secara seksual dengan pembentukan gamet dan
secara aseksualnya dengan oogami
5.2
Saran
Saran untuk penelitian
selanjutnya, alangkah lebih baik jika pelaksanaan KKL (Kuliah Kerja Lapangan)
tidak hanya dilakukan di pantai Kondang merak, untuk menambah wawasan dan
menambah pengetahuan tentang keragaman alga di beberapa pantai di daerah
Malang.
DAFTAR PUSTAKA
Gaudensia,
Maria.Jumartang. 2013. Inventarisasi dan Identifikasi Phaeophyta di Perairan
Teluk Lombok Sagatta. Jurnal Penelitian FMIPA. Halaman 1-5
Gunawan, Ahmad,
Sari, Purnama Ayu. 2013. Inventarisasi dan Identifikasi Kelas Phaeophyta.
Jurnal Penelitian FMIPA. Halaman 1-5
Tjitrosoepomo, Gembong. 2014. Taksonomi Tumbuhan
Schizophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta. Jogjakarta : Gajahmada University
Press
Kimball, John W..1983. Biologi Edisi Kelima. Jakarta
Erlangga
Champbell, Recce.2012. Biologi Edisi 8 Jilid 2. Jakarta:
Erlangga