Sabtu, 25 Oktober 2014

LAPORAN KKL KONDANG MERAK UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG KELOMPOK 8


BAB I
PENDAHULUAN

     1.1 Latar Belakang

Tumbuhan adalah organisme yang dicirikan dengan adanya dinding sel, pigmen fotosintetik dan sifat autotrofik serta immobil.  Secara garis besar, tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi. Pembagian ini tidak mengacu secara spesifik kepada struktur tubuh dari tumbuhan tersebut, tetapi lebih mengacu pada perkembangbiakannya. Dalam tumbuhan tingkat rendah, kita mengenal kelompok Thallophyta atau tumbuhan bertalus yang mencakup Algae (ganggang). Algae merupakan tumbuhan akuatik yang menghuni habitat air.
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dipisahkan oleh laut antara pulau yang satu dengan pulau yang lainnya. Laut Indonesia terkenalakan keindahan dan kekayaan isinya. Laut Indonesia terlihat indah dengan biotanya yang beranekaragam, keanekaragaman itu dapat diamati baik berupa flora maupun fauna dan salah satu keanekaragaman floranya adalah alga. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an surat Thaha ayat53 :
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّن نَّبَاتٍ شَتَّىٰ
Artinya : “Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam”.

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menciptakan bermacam – macam tumbuhan, termasuk halnya dalam keanekaragaman bentuk alga. Sistem pengklasifikasian Algae ini didasarkan pada jenis pigmen  warna yang dikandungnya, sehingga kita dapat mengenal istilah Chlorophyta (ganggang hijau), Rhodophyta (ganggang merah), Phaeophyta (ganggang coklat)
Pantai Kondang Merak merupakan tempat yang ideal untuk pertumbuhan makroalga sebab perairannya yang masuk daerah pasang surut sampai daerah subtidal, subtratnya berupa batu karang, pasir serta intensitas cahaya yang cukup. Menurut Hayati (2009) Pantai Kondang merak merupakan pantai yang sebagian besar masyarakatnya membudidayakan makroalga sebagai sumber penghasilan. Oleh karena itu, praktikan melakukan kegiatan kuliah kerja lapangan (KKL) di pantai Kondang merak Malang karena kondisi pantainya yang masih sangat alami dan jauh dari keramaian, sehingga dimungkinkan ditemukannya berbagai macam jenis alga di pantai ini.
     Untuk memenuhi tugas mata kuliah Botani Tumbuhan Tak Berpembuluh, maka penulis membuat laporan yang membahas tentang algae khususnya divisi Phaeophyta, spesies Padina sp. dan …

1.2 Tujuan
     Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Mempelajari organisasi thallus, morfologi, dan siklus hidup/reproduksi alga di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Phaeophyceae adalah ganggang yang berwarna pirang. Dalam kromatofornya terkandung klorofil a, karotin dan santofil, terutama fikosantin yang menutupi warna lainnya dan menyebabkan ganggang itu kelihatan  berwarna pirang Sebagai hasil asimilasi dan sebagai zat makanan cadangan tidak pernah ditemukan zat tepung, tetapi sampai 50% dari berat keringnya terdiri atas laminarain,sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin dan lebih dekat dengan selulosa daripada dengan tepung. Selain laminarin juga ditemukan manit, minyak dan zat-zat lain. Dinding selnya yang sebelah dalam yang terdiri atas selulosa, suatu zat yang menyerupai glatin, yaitu garam Ca dari asam alginat yang pada laminaria berupa lampiran 20-60% dari berat keringnya. Sel-selnya hanya mempunyai satu inti (Tjitrosoepomo,2005:73).
Pada Phaeophyceae tingkat  perkembangan yang dapat bergerak berupa zoospore  dan gamet, mempunyai dua buah bulu cambuk yang heterokon dan terdapat dibagian samping badannya yang berbentuk buah per atau sekoci. Pada waktu bergerak bulu cambuk yang  panjang yang mempunyai rambut-rambut mengkilap menghadap kemuka dan yang pendek menghadap kemuka dan yang pendek menghadap kebelakang. Dekat dengan keluarnya bulu cambuk terdapat bintik mata berwarna pirang kemerah-merahan, dan dalam bagian zoospore yang lebar itu terdapat satu (jarang sekali lebih) kromatofor berwarna pirang (Tjitrosoepomo.2005:73)
Warna coklat pada ganggang coklat disebabkan karena adanya pigmen xantofil. Ciri-ciri lain dari ganggang ini adalah thallus yang multiseluler berbentuk filamen, lembaran atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama yang hidup di daerah beriklim dingin. Sel vegetatif mengandung kloroplas berbentuk bulat panjang, seperti pita, mengandung khlorofil a dan klorofil c serta xantofil. Ganggang ini hidup di air dan tanah yang lembab atau basah di lngkungan agak dingin sampai sedang sehingga menyebabkan ganggang coklat merupakan yang terbesar diantara semua jenis ganggang. Sebagian besar Phaeophyceae merupakan unsur utama yang menyusun vegetasi alga di lautan Arktik dan Antartika, tetapi beberapa marga sepeti Dictyota, Sargassum, dan Turbinaria merupakan alga yang khas untuk lautan daerah tropis. (Gunawan.2013: 3).
Alga atau ganggang coklat ini umumnya tinggal di laut, hanya ada beberapa jenis saja yang hidup di air tawar yang agak dingin dan sedang, terdampar dipantai, melekat di bebatuan dengan alat pelekat (semacam akar). Bila dilaut iklimnya sedang dan dingin, talusnya dapat mencapai ukuran yang besar dan sangat berbeda bentuknya. Ada yang hidup sebagai epifit pada talus lain. Tapi juga ada yang hidup sebagai endofit. Di daerah subtropis, alga coklat hidup di daerah intertidal, yaitu daerah literal sampai sublitoral. Di daerah tropis, alga coklat biasanya hidup di kedalaman 220 meter pada air ang jernih (Gaudensia, 2013: 5).
Anggota filum ini terdiri dari 1500 spesies. Gulma batuan, yang membentuk hamparan padat di batuan yang terbuka terhadap pasang yang berganti-ganti dan kelpmerupakan anggota filum yang besar dan dan tersebar luas. Pada organisme ini ada spesialisasi bagian-bagian, dan banyak mempunyai daur hidup yang lebih rumit. Kelp raksasa sepanjang pantai pasifik tumbuh panjang 30 meter. Walaupun ukurannya besar, organisme bentuk-bentuk ini masih sangat sederhana dibandingkan dengan tumbuhan sejati (Kimball. 1983:870).
Ganggang ini termasuk bentos, melekat pada batu-batu, kayu, sering juga epifit pada talus lain ganggang., bahkan ada yang hidup sebagai endofit. Kelas Phaeophycese dibagi menjadi empat bangsa.

Bangsa Phaeophorales
Bangsa ini merupakan sebagian besar ganggang pirang. Kebanyakan mempunyai perawakan seperti Cladophora, tetapi ada pula yang mempunyai talus yang lebih tinggi tingkatannya. Pembiakan terjadi secara :
  1. Aseksual dengan zoospora, yang terjadi karena adanya pembelahan reduksi. Dalam sporangium yang berbentuk gelembung dan mula-mula hanya mempunyai satu inti saja, kemudian terjadi pembelahan inti dari kromatofor sampai beberapa kali. Dari zoospora itu tumbuh gametofit haploid dengan gamatangium yang berwarna berkotak-kotak.





Gambar 2.1 Zoospora ganggang pirang 
a. Zoospora Chorda filum 
b. Idem dari Ectocarpus globife 
c. Zoospora yang telah menarik ke dalam flagelnya.
b.  Seksual dengan isogami. Gametangium bersel banyak. Pada tiap pembelahan inti terjadi suatu sekat, sehingga terjadi suatu gametangium yang berkotak-kotak. Tiap-tiap kotak mengeluarkan suatu isogamet. Kopulasi isogamet menghasilkan suatu zigot, yang tanpa mengalami waktu istirahat dan tanpa pembelahan reduksi tanpa mengeluarkan sel kembara, langsung berkecambah menjadi tumbuhan diploid, yang mempunyai sporangium beruang satu saja. Jadi pada golongan ini terdapat suau pergiliran keturunan.
Kejadian-kejadian yang menyimpang dari yang diuraikan di atas, banyak pula yang kita jumpai, misalnya pada Ectocarpus siliculosus. Gametofit dan sporofitnya mempunyai habitus yang sama. Ada pula yang sporofitnya hanya pada permulaan perkembangannya saja menyerupai gametofitnya, tetapi kemudian merupakan tumbuhan yang lebih besar serta berlainan bentuknya, dan dari segi anatomi mempunyai tingkatan yang lebih tinggi. Jadi keturunan yang semula isomorflalu menjadi heteromorf (Tjitrosoepomo. 2005:75).
Perkecualian terdapat pada Cutleria yang gametofitnya lebih besar dari sporofit. Gametofit mempunyai talus yang tegak, bercabang-cabang menggarpu, berbentuk pita, sedang sporofit mempunyai talus yang pipih dan kecil seperti cakram, tipis, tepinya berlekuk-lekuk dan dinamakan Aglaozonia. Pada Ectocarpus dan Pleurocladia terdapat jenis-jenis yang hidup sebagai epifit pada lain ganggang, tetapi sporofit dan gametofit mempunyai inang yang merupakan tumbuhan dari lain marga.

Phaeosporales antara lain mencakup (Tjitrosoepomo. 2005:75):
  • Suku Ectocarpaceae. Contoh ; Ectocarpus siliculosus, Pleurocladia lacustris
  • Suku Cutleriaceae. Contoh ; Cutleria multifida, Heterochordia abietina.

Bangsa Laminaris
            Warga-warga Laminariales yang paling sederhana tingkat perkembangannya mempunyai habitus yang memperlihatkan adanya hunbungan kekerabatan dengan Phaeophorales. Warga-warga yang lebih tinggi organisasinya mempunyai sporofit dengan diferensiasi morfologi dan anatomi yang lebih tinggi serta mempunyai ukuran yang besar.
Dalam bangsa ini termasuk suku Laminariaceae, yang antara lain meliputi
  • Macrocystis pyrifera, hidup di daerah kutub selatan, talusnya mencapai panjang 60 m dengan berat sampai 100 kg. Mempunyai cabang-cabang talus berbentuk lembaran yang bergantungan, talus dapat terapung-apung pada permukaan air laut.
  • Lessonia sp. Mempunyai talus yang bentuknya seperti pohon palma.
  • Laminaria clustoni, pangkal talus setebal lengan dan umurnya tahunan, bagian atas menyerupai daunatau mempunyai lembaran-lembaran menjari yang setiap tahun diperbarui. Menjelang berakhirnya musim dingin terjadi pertumbuhan di bagian tengah pada pangkal lembaran-lembaran tadi dan ternetuklah lembaran-lembaran baru.

Pada Laminaria terdapat pergiliran keturunan yang beraturan. Sporofit yang besar dan bersifat diploid beganti dengan gametofit jantan dan betina yang telah memperlihatkan perbedaan bentuk dan susunan, jadi memperlihatkan tanda-tanda kelamin sekunder yang jelas. Gametofit itu berasal dari zoospora, pada ujungnya terdapat anteridium yang hanya terdiri atas satu sel, masing-masing mengeluarkan dua spermatozoid yang mempunyai dua bulu cambuk. Zigot hasil perkawinan tumbuh menjadi sporofit. Pada permukaan sporofit terdapat sel-sel mandul berbentuk buluh (parafisis). Masing sporangium menghasilkan banyak zoospora dengan dua bulu cambuk.
Nerecystis leutkeana, talus mempunyai bagian seperti batang yang panjangnya 70 m dan pada ujungnya trdapat gelembung pengapung berbentuk lembaran.

index
Gambar 2.2 Daur kehidupan dan skema pergiliran keturunan Cutleria multifida
                                                Gambar 2.3Macrocystispyrifera
index7
      Gambar 2.4 Daur kehidupan dan skema pergiliran keturunan Laminaria cloustoni

Bangsa Dictyotales
Pada ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium beruang satu dan mengeluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dengan oogami. Anteredium yang berkotak-kotak dan oogonium terdapat pada tumbuhan yang berlainan dan tersusun secara berkelompok. Gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Mungkin sebenarnya ada 2 bulu cambuk, tetapi kedua demikian pendeknya, hingga sampai sekarang diabaikan. Sporofit dan gametofit bergiliran dan beraturan, dan keduanya mempuynyai talus berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu, misalnya Dictyota dichotoma yang tersebar di lautan Eropa.Sporofit dan gametofit isomorf (Tjitrosoepommo.2005:79). .
                        Gambar 2.4 Daur kehidupan Dictyota dichotoma
Bangsa Dictyotales terdiri atas satu suku saja, yaitu Dictyotaceae, yang meliputi beberapa jenis, antara lain (Tjitrosoepomo.2005:78) :
  • Dictyotaceae dichotoma
  • Dictyopteris polypoides
  • Padina pavonia

Padina sp atau ganggang pirang merupakan ganggang pirang. Dalam kromatofornya terkandung klorofil a, xantofil dan karoten tetapi terutama fikosianin yang menutupi warna lainnya. Talus berbentuk pita dengan cabang-cabang menggarpu. Mempunyai alat pereka yang disebut rhizoid. Habitatnya dilaut dan pada talusnya terdapat garis-garis konsentris. Terdiri dari sel yang berbentuk menyerupai kipas dengan bagian tepi menggulung terdapat rambut halus yang tersusun konsentris sebagai tempat gametangia dan sporangia (Gaudensia. 2013:4).
Gambar 2.4 Padina sp





Bangsa Fucales

Bersama-sama dengan Laminariales ganggang ini merupakan penyusun utama vegetasi lautan di daerah dingin. Pembiakan generative dengan oogami, pembiakan vegetative tidak ada. Fucales hanya terdiri atas satu suku yaitu Fucaceae, meliputi antara lain Fucussrratus. Fucus yang sudah berumur beberapa tahun mempunyai talus yang berbentuk pita yang ditengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk tengah, kaku seperti kulit, bercabang-cabang menggarpu dan melekat pada batu dengan suatu alat perekat berbentuk cakram.
Ujung cabang-cabang talus ini agak membesar dan mempunyai lekukan-lekukan yang disebit konseptakel. Didalamnya terdapat benang-benang mandul (parafisis), oogonium, anteridium. Tiap anteridium menghasilkan 64 spermatozoid. Oogonium berupa suatu badan yang duduk di atas tangkai terdiri atas satu sel saja, dan mengandung 8 sel telur.
Selain Fucus serratus dalam suku ini termasuk pula Fucus vsiculosus, Sargassum vulgare, Turbinaria decurrens. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Phaeopyceae bersifat heterotrik. Phaeopyceae mempunyai perkembangan yang setingkat dengan Chlorophyceae. Melihat adanya rambut-rambut mengkilat pada salah satu bulu cambuknya yang heterokon itu, rupanya ada hubungan kekerabatan dengan Chrysomonadales dan Heterochloridales.
Pembelahan reduksi pada umumnya terjadi pada pembentukan spora. Gametofit dan sporofit dapat bersifat isomorf, dapat juga heteromorf. Beberapa jenis Phaeophyceae menghasilkan yodium. Ada pula yang mempunyai khasiat obat, misalnya Laminaria cloustoni dan Fucus vesiculosus.
Pemanfaatan Ganggang Coklat (Phaeophyta)
Adapun peranan ganggang coklat dalam kehidupan yaitu:
  • Ganggang coklat dapat dimanfaatkan dalam industri makanan
  • Phaeophyta sebagai sumber alginat banyak dimanfaatkan dalam dunia industri tekstil untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan industri, kalsium alginat digunakan dalam pembuatan obat-obatan senyawa alginat juga banyak digunakan dalam produk susu dan makanan yang dibekukan untuk mencegah pembentukan kristal es. Dalam industri farmasi, alginat digunakan sebagai bahan pembuat biomaterial untuk teknik pengobatan.
  • Dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung bahan-bahan mineral seprti potasium dan hormon seperti auxin dan sylokinin yang berguna untuk meningkatkan daya tumbuh tanaman berbunga dan berbuah.
  • Macrocytis Pyrifers menghasilkan iodine (unsur yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit gondok).
  • Laminaria, Fucus, Ascophylum dapat menghasilkan asam alginat. Alginat biasanya digunakan sebagai pengental pada produk makanan (sirup, salad, keju, eskrim) serta pengentalan dalam industri (lem, tekstil, kertas, tablet antibiotik, pasta gigi) dan pengentalan produk kecantikan (lotion, krim wajah).
  • Macrocytis juga dibuat sebagai makanan suplemen untuk hewan ternak karena kaya komponen Na, P, N, Ca.








BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu
            KKL mata kuliah Botani Tumbuhan Tidak Berpembuluh tentang “Markoalga” ini dilaksanakan pada hari sabtu-minggu, tanggal 11-12 Oktober 2014.
3.2 Tempat
KKL ini dilaksanakan di pantai kondang merak, Malang Selatan, JawaTimur.
3.3 Cara Kerja
            Pengamatan alga dilakukan 2 kali pada sore hari (sabtu) dan pagi hari (minggu) dan cara kerjanya, yaitu:
3.3.1 Sore hari (sabtu)
            1. Disiapkan alat-alat yang diperlukan
            2. Ditunggu surutnya pantai
            3. Diamati semua jenis alga yang terdapat di pantai kondang merak
            4. Didokumentasikan dan diukur jenis alga yang ditemukan
            5. Diidentifikasi jenis alga yang ditemukan
3.3.2 Pagi hari (Minggu)
            1. Disiapkan alat-alat dan bahan (alga) yang diperlukan
            2. Di kelompokkan alga untuk masing-masing divisi (@kelompok 2 divisi)
            3. Diambil dua spesies untuk diamati
            4. Diukur dengan penggaris
            5. Difoto dengan camera digital
            6. Diidentifikasi dan dicatat pada kertas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Padina sp.
4.1.1 Gambar Padina sp.
Gambar pengamatan
Gambar literature
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCz_x7qMKbcdGvq2v5jKLCcKReyt1i5YbKSY5ze646AL8QY0a4w4Bndatk3KIX6OZODuxFPbDYB8PF-LMjquFbKUJ2h9z0bB9bNtZASN5sT2VTpV1yROWHLt70ohGwtieEjRNPKK8F1RI/s1600/DSC09763.JPG





Keterangan :
1.      Ukuran            - panjang = 6,4 cm
-          lebar = 4 cm
2.      blade dan stipe belum dapat dibedakan
3.      melekat pada substrat menggunakan holdfast berbentuk cakram
4.      struktur organisasi talus parenkimatis multiseluler
4.1.2 klasifikasi
            Kingdom : Plantae
                        Divisio : Phaeophyta
                                    Classis : Phaeophyceae
                                                Ordo :Dictyotales
                                                            Family :Dictyotaceae
                                                                        Genus :Padina
                                                                                    Spesies : Padina sp.
4.1.3 Pembahasan
            Pengamatan pada berbagai alga makro selalu diikuti dengan pengukuran talus spesies. Seperti pada spesies Padina sp. yang telah ditemukan, dilakukan pengukuran pada satu sampel sepsis dengan hasil panjang talus yakni 6,4 cm, sedangkan lebar talus yakni 4 cm. Berwarna coklat kekuning-kunigan, karena itulah alga ini digolongkan dalam divisi Phaeophyta (alga cokelat). Tubuhnya menyerupai kipas dan jika diperhatikan, pada talusnya akan terlihat garis-garis yang juga merupakan cirri khas dari Padina sp.
Menurut (Gaudensia. 2013:4), Padina sp atau ganggang pirang merupakan ganggang pirang. Dalam kromatofornya terkandung klorofil a, xantofil dan karoten tetapi terutama fikosianin yang menutupi warna lainnya. Talus berbentuk pita dengan cabang-cabang menggarpu. Mempunyai alat perekat yang disebut rhizoid. Habitatnya di laut dan pada talusnya terdapat garis-garis konsentris. Terdiri dari sel yang berbentuk menyerupai kipas dengan bagian tepi menggulung terdapat rambut halus yang tersusun konsentris sebagai tempat gametangia dan sporangia.
Siklus hidup Padina sp mempunyai bulu cambuk dan sporangium beruang satu dan transparan, biasanya berkembangbiak secara aseksual dengan oogonium. Satuoogonium merupakan satu sel telur dan gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Fase hidup yang dilalui Padina adalah fase gametofit dan sporofit yang bergilir dan beraturan.
Menurut Tjitrosoepomo(2011), Siklus hidup Padina sp. mengikuti siklus hidup dari ordonya, yakni Dictyotales. Pada ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium beruang satu dan mengeluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dengan oogami. Anteredium yang berkotak-kotak dan oogonium terdapat pada tumbuhan yang berlainan dan tersusun secara berkelompok. Gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Mungkin sebenarnya ada 2 ulu cambuk, tetapi kedua demikian pendeknya, hingga sampai sekarang diabaikan. Sporofit dan gametofit bergiliran dan beraturan, dan keduanya mempuynyai talus berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu, misalnya Dictyota dichotoma yang tersebar di lautan Eropa.Sporofit dan gametofit isomorf.



4.2 Spatoglossum latum
4.2.1 Gambar Spatoglossum latum
gambar pengamatan
Gambar literatur
    
    


      



                                  


Keterangan :
1.      ukuran - panjang = 8,5 cm
-          lebar  = 2,5 cm
2.      blade dan stipe belum bisa dibedakan dengan jelas
3.      stuktur organisasi talus parenkimatis multiseluler
4.2.2 Klasifikasi
                        Divisi : Phaeophyta
                                    Kelas : Phaeophyceae
                                                Ordo : Dictyotales
                                                            Familia : Dictyotaceae
                                                                        Genus : Spatoglossum
                                                                                    Spesies : Spatoglossum latum

4.2.3 Pembahasan
            Spatoglossum latum merupakan salah satu spesies dari divisi Phaeophyta yakni alga makro yang memiliki pigmen warna cokelat karena mengandung klorofil a dan c, selain itu juga mengandung pigmen xantofil dan karoten. Ketika berada di dalam perairan, warna talus berwarna coklat cerah. Namun saat diangkat dari air, warna talus berubah menjadi warna hijau gelap Ukuran dari Spatoglossum latum yang diamati yaitu panjangnya 8,5 cm sedangkan lebarnya 2,5 cm. Alga ini memiliki percabangan dikotom, atau jika diperhatikan bentuk blade hampir menyerupai tanduk rusa. Warna talus bagian atas terlihat lebih pucat dari bagian tengah dan bagian pangkal. Pada permukaan blade terdapat tonjolan-tonjolan berwarna coklat cerah, namun tidak semua permukaan blade pada Spatoglossum latum memiliki tonjolan-tonjolan berwarna coklat cerah tersebut.  Alga ini menempel pada substrat yaitu pada karang dan batuan yang ada dilaut.
                Bagian tubuh dari Spatoglossum latum meliputi holdfast yang berbentuk seperti akar serabut yang berfungsi untuk melekat pada substrat yang umumnya batuan atau karang. Blade dan stipe belum bisa dibedakan karena ukuran dan bentuknya sama, selain itu warna juga sama sehingga sangat sulit membedakan stipe dan bladenya.
Siklus hidup Spatoglossum latum. mengikuti siklus hidup dari ordonya, yakni Dictyotales. Pada ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium beruang satu dan mengeluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dengan oogami. Anteredium yang berkotak-kotak dan oogonium terdapat pada tumbuhan yang berlainan dan tersusun secara berkelompok. Gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Mungkin sebenarnya ada 2 ulu cambuk, tetapi kedua demikian pendeknya, hingga sampai sekarang diabaikan. Sporofit dan gametofit bergiliran dan beraturan, dan keduanya mempuynyai talus berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu, misalnya Dictyota dichotoma yang tersebar di lautan Eropa.Sporofit dan gametofit isomorf (Tjitrosoepommo.2005:79).


 

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan KKL yang telah di lakukan di Kondang merak telah diidentifikasi 2 spesies dari divisi Phaeophyta yaitu Padinasp dan Spatoglossum latum
1.      Padinasp
-    Organisasi talus: parenkimatis multiselular
-    Morfologi: 
·         Blade dan stipe belum dapat di bedakan
·         Melekat pada subtract menggunakan holdfast berbentuk cakram
·         Berwarna kecoklatan dengan garis melingkar yang memusat dan semakin
memudar pada saat mendekati holdfastnya
·         Berbentuk lembaran dan tipis
·         Ukuran Panjang: 6,4 cm, lebar: 4 cm
-    Siklus hidup: Padina sp mempunyai bulu cambuk dan sporangium beruang satu dan transparan, biasanya berkembangbiak secara aseksual dengan oogonium. Satuoogonium merupakan satu sel telur dan gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Fase hidup yang dilalui Padina adalah fase gametofit dan sporofit yang bergilir dan beraturan.
2.      Spatoglossum latum
-    Organisasi talus parenkimatis multiseluler
-    Morfologi :
·         ukuran - panjang = 8,5 cm
·         lebar  = 2,5 cm
·         blade dan stipe belum bisa dibedakan dengan jelas
-    Siklus hidupnya bereproduksi secara seksual dengan pembentukan gamet dan secara aseksualnya dengan oogami


5.2 Saran
             Saran untuk penelitian selanjutnya, alangkah lebih baik jika pelaksanaan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) tidak hanya dilakukan di pantai Kondang merak, untuk menambah wawasan dan menambah pengetahuan tentang keragaman alga di beberapa pantai di daerah Malang.

DAFTAR PUSTAKA

Gaudensia, Maria.Jumartang. 2013. Inventarisasi dan Identifikasi Phaeophyta di Perairan Teluk Lombok Sagatta. Jurnal Penelitian FMIPA. Halaman 1-5
Gunawan, Ahmad, Sari, Purnama Ayu. 2013. Inventarisasi dan Identifikasi Kelas Phaeophyta. Jurnal Penelitian FMIPA. Halaman 1-5
Tjitrosoepomo, Gembong. 2014. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta. Jogjakarta : Gajahmada University Press
Kimball, John W..1983. Biologi Edisi Kelima. Jakarta Erlangga
Champbell, Recce.2012. Biologi Edisi 8 Jilid 2. Jakarta: Erlangga